Dumai (ANTARA News) - Ratusan ekor ikan mati di laut Dumai, Riau, diduga akibat tumpahan limbah minyak mentah kelapa sawit (CPO) milik salah satu perusahaan yang belum dinetralisir secara maksimal.
Berdasarkan keterangan sejumlah warga yang berada di sekitar pinggiran laut Dumai, Senin, ratusan bangkai ikan tersebut terlihat mengapung dipermukaan laut sejak Sabtu (19/6) hingga hari ini.
"Bangkai-bangkai ikan itu mengapung di permukaan laut yang berada tidak jauh dari wilayah industri salah satu perusahaan CPO," kata warga Kelurahan Pelintung, Kecamatan Medang Kampai, Amin Mukhtar (45).
Amin menjelaskan, sejak tercemarnya laut Dumai tersebut, dirinya dan sejumlah warga Kelurahan Pelintung lainnya terutama yang berprofesi sebagai nelayan merasa sangat dirugikan atas peristiwa itu.
"Akibat banyaknya ikan yang mati ini, tangkapan kami sebagai nelayan terus berkurang. Dan kalaupun ada sisa ikan yang hidup dan berhasil kami tangkap, ikan itu sudah bau minyak dan tidak laku di pasaran," kata seorang warga Pelintung lainnya, Junaidi (37) seraya meminta agar perusahaan tersebut bertanggungjawab dengan kondisi memprihatinkan itu.
Ditemui ditempat terpisah, Lurah Pelintung, Hanafi, kepada ANTARA menjelaskan, tercemarnya laut Dumai kali ini bukanlah yang pertama.
Menurut dia, limbah milik perusahaan CPO itu sudah berulang kali mencemari laut Dumai sehingga membuat ratusan bahkan ribuan ikan yang berada di sekitarnya mati dan berbau minyak hingga tidak layak untuk dikonsumsi.
"Tercemarnya laut Dumai ini membuat kebanyakan nelayan di satu kelurahan ini kesulitan dalam menangkap ikan. Kalau pun ada ikan yang dapat, ikan tersebut tidak layak dijual dan dikonsumsi karena berbau minyak," tuturnya.
Menanggapi hal itu, perusahaan CPO tersebut melalui Kepala Bidang Hubungan Masyarakat, Manumpak, saat dihubungi ANTARA, Senin malam, mengatakan, kondisi itu sebelumnya sempat didengarnya dari beberapa karyawannya yang tinggal di sekitar Kelurahan Pelintung.
"Untuk menindak lanjuti kebenaran itu, kami bersama tim melakukan survei secara langsung di sejumlah titik rawan terkena dampak dari pencemaran limbah industri minyak kelapa sawit.
"Setelah sekitar beberapa jam kami turun kelapangan, memang kami menemukan beberapa bangkai ikan, namun itu belum tentu disebabkan oleh perusahaan kami," katanya menyangkal.
Manumpak menjelaskan, sebelum melepas limbah industrinya, sejauh ini perusahaan CPO itu terlebih dahulu melakukan olah proses guna menetralisir limbah tersebut dengan proses yang cukup panjang.
"Sehingga bila dikaji secara mendalam, tidak mungkin dapat terjadi pencemaran yang mengakibatkan ikan-ikan di perairan Dumai mati," paparnya.
Ia juga menjelaskan, perusahaan yang berdiri megah di Kota Dumai sejak 22 tahun silam itu sebelumnya juga telah melalui izin prinsip atas analisis dampak lingkungan (Amdal) dalam pengelolaan limbah CPO sehingga dapat dipastikan sisa pembakaran atau limbah tidak akan mengganggu ekosistem dan lingkungan yang berada di sekitarnya.
Sementara itu seorang pakar Lingkungan dan Kesehatan Universitas Riau, Ariful Amri, sebelumnya menyatakan, akibat dari tercemarnya perairan dari limbah CPO, maka permukaan laut akan tertutupi oleh limbah tersebut dan membuat sinar matahari tidak dapat menembus lapisan minyak yang berada di permukaan.
Jika dibiarkan, menurut Amri, kondisi tersebut dikhawatirkan juga dapat mengurangi kadar oksigen bawah laut dan membuat sejumlah ekosistem yang berada di sekitarnya akan mati. (FZR/K004)
Sumber : ANTARA News (Selasa, 22 Juni 2010 01:05 WIB)
Berdasarkan keterangan sejumlah warga yang berada di sekitar pinggiran laut Dumai, Senin, ratusan bangkai ikan tersebut terlihat mengapung dipermukaan laut sejak Sabtu (19/6) hingga hari ini.
"Bangkai-bangkai ikan itu mengapung di permukaan laut yang berada tidak jauh dari wilayah industri salah satu perusahaan CPO," kata warga Kelurahan Pelintung, Kecamatan Medang Kampai, Amin Mukhtar (45).
Amin menjelaskan, sejak tercemarnya laut Dumai tersebut, dirinya dan sejumlah warga Kelurahan Pelintung lainnya terutama yang berprofesi sebagai nelayan merasa sangat dirugikan atas peristiwa itu.
"Akibat banyaknya ikan yang mati ini, tangkapan kami sebagai nelayan terus berkurang. Dan kalaupun ada sisa ikan yang hidup dan berhasil kami tangkap, ikan itu sudah bau minyak dan tidak laku di pasaran," kata seorang warga Pelintung lainnya, Junaidi (37) seraya meminta agar perusahaan tersebut bertanggungjawab dengan kondisi memprihatinkan itu.
Ditemui ditempat terpisah, Lurah Pelintung, Hanafi, kepada ANTARA menjelaskan, tercemarnya laut Dumai kali ini bukanlah yang pertama.
Menurut dia, limbah milik perusahaan CPO itu sudah berulang kali mencemari laut Dumai sehingga membuat ratusan bahkan ribuan ikan yang berada di sekitarnya mati dan berbau minyak hingga tidak layak untuk dikonsumsi.
"Tercemarnya laut Dumai ini membuat kebanyakan nelayan di satu kelurahan ini kesulitan dalam menangkap ikan. Kalau pun ada ikan yang dapat, ikan tersebut tidak layak dijual dan dikonsumsi karena berbau minyak," tuturnya.
Menanggapi hal itu, perusahaan CPO tersebut melalui Kepala Bidang Hubungan Masyarakat, Manumpak, saat dihubungi ANTARA, Senin malam, mengatakan, kondisi itu sebelumnya sempat didengarnya dari beberapa karyawannya yang tinggal di sekitar Kelurahan Pelintung.
"Untuk menindak lanjuti kebenaran itu, kami bersama tim melakukan survei secara langsung di sejumlah titik rawan terkena dampak dari pencemaran limbah industri minyak kelapa sawit.
"Setelah sekitar beberapa jam kami turun kelapangan, memang kami menemukan beberapa bangkai ikan, namun itu belum tentu disebabkan oleh perusahaan kami," katanya menyangkal.
Manumpak menjelaskan, sebelum melepas limbah industrinya, sejauh ini perusahaan CPO itu terlebih dahulu melakukan olah proses guna menetralisir limbah tersebut dengan proses yang cukup panjang.
"Sehingga bila dikaji secara mendalam, tidak mungkin dapat terjadi pencemaran yang mengakibatkan ikan-ikan di perairan Dumai mati," paparnya.
Ia juga menjelaskan, perusahaan yang berdiri megah di Kota Dumai sejak 22 tahun silam itu sebelumnya juga telah melalui izin prinsip atas analisis dampak lingkungan (Amdal) dalam pengelolaan limbah CPO sehingga dapat dipastikan sisa pembakaran atau limbah tidak akan mengganggu ekosistem dan lingkungan yang berada di sekitarnya.
Sementara itu seorang pakar Lingkungan dan Kesehatan Universitas Riau, Ariful Amri, sebelumnya menyatakan, akibat dari tercemarnya perairan dari limbah CPO, maka permukaan laut akan tertutupi oleh limbah tersebut dan membuat sinar matahari tidak dapat menembus lapisan minyak yang berada di permukaan.
Jika dibiarkan, menurut Amri, kondisi tersebut dikhawatirkan juga dapat mengurangi kadar oksigen bawah laut dan membuat sejumlah ekosistem yang berada di sekitarnya akan mati. (FZR/K004)
Sumber : ANTARA News (Selasa, 22 Juni 2010 01:05 WIB)