Pontianak - WWF-Indonesia Program Kalimantan Barat menggelar kampanye perlindungan orangutan menggunakan media film ke masyarakat kawasan hutan di pehuluan Sungai Kapuas.
Koordinator Komunikasi Program Kalbar WWF-Indonesia, Syahirsah saat dihubungi di Pontianak, Minggu, mengatakan film dapat dengan mudah menyerap pesan yang disampaikan.
Ia mengatakan, ada satu film dokumenter yang ditayangkan di rumah adat betang Desa Senunuk, Kecamatan Batang Lupar, Kabupaten Kapuas Hulu, berjudul "The Story of Rimba" atau Cerita Si Rimba, yang dibuat oleh Wanamedia Lestari Foundation, Borneo Orangutan Survival (BOS) Foundation, dan GMM Film.
"Harapan kami, timbul kesadaran dari para pihak mengenai pentingnya menjaga kelestarian lingkungan hidup," kata Syahirsah.
Ia melanjutkan, kampanye perlindungan orangutan bertitik tolak dari keberadaan spesies kunci di Kalbar itu yang kondisisinya kian memprihatinkan.
Kelangsungan hidup dua sub-spesies orangutan yang menghuni Pulau Kalimantan, yakni Pongo pygmaeus pygmaeus dan Pongo pygmaeus wurmbii serba terancam.
"Satwa yang menjadi primata besar satu-satunya di Asia ini, bahkan terancam di habitatnya sendiri," kata dia.
Populasi orangutan di Kalbar tersebar di kantong-kantong habitat dengan jumlah bervariasi. Di kawasan Taman Nasional Betung Kerihun, populasinya diperkirakan antara 1.330 sampai 2.000 individu. Di Taman Nasional Danau Sentarum ada 500 individu, dan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya diperkirakan 175 individu.
Sementara di kawasan Taman Nasional Gunung Palung yang menjadi habitat orangutan jenis Pongo pygmaeus-wurmbii populasinya diperkirakan mencapai 2.500 individu dan Bukit Rongga serta Parai berkisar 1.000 individu.
"Cagar Alam Gunung Nyiut dan Muara Kendawangan juga habitat orangutan. Tapi belum ada data jumlah populasi di sana," kata Syahirsah.
Menurut dia, penurunan populasi dan kualitas habitat orangutan itu diperkirakan terus terjadi seiring berjalannya proses pembangunan, termasuk untuk areal perkebunan melalui konversi hutan alam.
"Distribusi populasi orangutan yang terbesar ada pada tipe hutan dataran rendah di Kalimantan dan Sumatera, termasuk hutan rawa," kata Syahirsah.
Padahal, lanjut dia, tipe hutan ini merupakan kawasan yang memiliki tekanan tinggi terutama untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya, baik budidaya pertanian, perkebunan dengan status Areal Penggunaan Lain (APL), maupun budidaya kehutanan dengan status Hutan Produksi atau Hutan Produksi Terbatas (HP/HPT).
Berdasarkan data yang dimiliki, saat ini lebih dari 70 persen orangutan Kalimantan hidup di luar kawasan lindung.
"Indikator keberhasilan konservasi yang dilakukan itu, sepenuhnya sangat tergantung pada dukungan para pihak," ujarnya.
(ANT/A038)
Sumber : ANTARA News (Minggu, 13 Februari 2011 14:10 WIB)