Jakarta (ANTARA News/Reuters) - Para ilmuwan sedang berjuang untuk mendapatkan gambaran penuh berbagai jenis satwa liar di seluruh dunia setelah perubahan iklim, eksploitasi manusia dan polusi mengancam "kepunahan massal", demikian serangkaian penelitian yang diterbitkan, Rabu.
16 penelitian yag dibahas dalam edisi khusus Philosophical Transactions of the Royal Society di London mengungkapkan bahwa sains tidak memiliki catatan lengkap spesies dari hewan sampai tanaman dan mikroba justru ketika spesies-spisies itu punah lebih cepat daripada sebelumnya.
Kekhawatiran semacam itu telah mendorong PBB menyatakan tahun 2010 sebagai Tahun Biodiversitas Internasional, dan pemerintah mencoba menyetujui target konservasi 2020 pada konferensi dua minggu di kota Nagoya Jepang, yang berakhir Jumat.
"Ada indikasi yang sangat kuat bahwa tingkat kepunahan spesies saat ini jauh melebihi catatan fosil," bunyi ringkasan makalah berjudul "Biological diversity in a changing world".
"Kami belum memiliki catatan yang lengkap dari keanekaragaman hayati dari planet ini," tambah tulisan itu, seraya mengatakan
alat-alat kuantitatif dibutuhkan untuk memahami perubahan besar-besaran pada planet ini.
Salah satu menjadi perhatian khusus penelitian adalah hutan tropis, yang terlihat gersang sejak awal abad terakhir.
Para ilmuwan masih tidak mengerti sejauh mana penebangan pohon menghancurkan jejaring spesial liar secara lebih luas lagi, dan
apakah itu akan merekolonisasi daerah-daerah yang mungkin kembali tumbuh, atau disebut hutan "sekunder".
Kekhawatiran lainnya adalah samudera, di mana perubahan iklim menyebabkan populasi ikan bergeser, dan dalam kasus daerah tropis
akan menghancurkan beberapa habitat sekaligus, karena iklim telalu hangat.
"Hingga kini, skala pemanasan dalam samudera dunia telah berubah-ubah meskipun lingkupnya berbeda," tulis satu makalah tentang dampak terhadap perikanan.
"Perikanan di beberapa daerah diperkirakan hancur akibat gangguan akut yang berulang-ulang dan meningkatnya suhu," demikian makalah itu. (*)
reuters/adm/AR09
Sumber : ANTARA News (Rabu, 27 Oktober 2010 17:32 WIB)