Manado (ANTARA News) - Danau Tondano yang berada di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara (Sulut), terancam dangkal atau kekeringan, karena kurangnya penanggulangan lingkungan dari pemerintah dan masyarakat.
"Masyarakat terkesan kurang serius menangani persoalan di Danau Tondano yang bisa berakibat penurunan debit air secara signifikan," kata Kepala Badan Pengelolah Daerah Aliran Sungai (BP-DAS) Tondano, Widiasmoro Sigit, di Manado, Rabu.
Menurutnya, setiap tahun debit air danau itu turun sekitar 40 hingga 50 centimeter (cm) dan bisa kering 15 hingga 20 tahun mendatang.
Kondisi Danau Tondano diperparah dengan ancaman pemanasan global, tidak adanya penghijauan, meningkatnya aktifitas masyarakat, pembalakan liar, kebakaran, konversi hutan, pertambangan golongan C yang mengakibatkan erosi dan sedimentasi.
"BP DAS Tondano hanya menangani persoalan di aliran sungai dari Danau Tondano, tetapi merasa prihatin dengan kondisi Danau yang saat ini terjadi degradasi," katanya.
Akibat degradasi lingkungan di danau itu, kedalaman danau menjadi sekitar 20 meter dari permukaan, padahala pada 1934 dalamnya mencapai 40 meter, sedangkan tahun 1983 sekitar 27 meter.
Anggota DPRD Sulut Steven Kandouw mengaku prihatin dan berharap pemerintah daerah menghijaukan kembali pesisir danau itu.
Menurutnya, Danau Tondano memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, seperti menyuplai air bersih ke Perusahaan Air Minum di Minahasa, Minahasa Utara serta Kota Manado, menjadi media budidaya ikan tawar, pembangkit listrik Tanggari dan Tonsea serta pariwisata.
Sumber: ANTARA News (Rabu, 3 Pebruari 2010 16:28 WIB)
"Masyarakat terkesan kurang serius menangani persoalan di Danau Tondano yang bisa berakibat penurunan debit air secara signifikan," kata Kepala Badan Pengelolah Daerah Aliran Sungai (BP-DAS) Tondano, Widiasmoro Sigit, di Manado, Rabu.
Menurutnya, setiap tahun debit air danau itu turun sekitar 40 hingga 50 centimeter (cm) dan bisa kering 15 hingga 20 tahun mendatang.
Kondisi Danau Tondano diperparah dengan ancaman pemanasan global, tidak adanya penghijauan, meningkatnya aktifitas masyarakat, pembalakan liar, kebakaran, konversi hutan, pertambangan golongan C yang mengakibatkan erosi dan sedimentasi.
"BP DAS Tondano hanya menangani persoalan di aliran sungai dari Danau Tondano, tetapi merasa prihatin dengan kondisi Danau yang saat ini terjadi degradasi," katanya.
Akibat degradasi lingkungan di danau itu, kedalaman danau menjadi sekitar 20 meter dari permukaan, padahala pada 1934 dalamnya mencapai 40 meter, sedangkan tahun 1983 sekitar 27 meter.
Anggota DPRD Sulut Steven Kandouw mengaku prihatin dan berharap pemerintah daerah menghijaukan kembali pesisir danau itu.
Menurutnya, Danau Tondano memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, seperti menyuplai air bersih ke Perusahaan Air Minum di Minahasa, Minahasa Utara serta Kota Manado, menjadi media budidaya ikan tawar, pembangkit listrik Tanggari dan Tonsea serta pariwisata.
Sumber: ANTARA News (Rabu, 3 Pebruari 2010 16:28 WIB)