Sukadana, Lampung Timur (ANTARA) - Populasi gajah sumatra (Elephas maximus sumatranus) di kawasan Taman Nasional Way Kambas (TNWK) Kabupaten Lampung Timur terus berkurang.
"Berdasarkan data RPU tahun 2002 jumlah gajah sumatera di TNWK mencapai 226 ekor. Meski tahun 2010 ini belum didata ulang, namun berdasarkan pantauan jumlahnya makin berkurang yaitu kurang dari 200-an ekor lagi," kata manajer Lembaga Swadaya Masyarakat Wildlife Conservation Society (LSM WCS), Doni Gunariadi, di Way Jepara, Lampung Timur, Jumat.
Menurutnya, tingkat kelahiran gajah terbilang lambat, sebab gajah yang masa kehamilannya setahun sekali sulit berkembang menjadi banyak. Hal itu belum dikurangi masa sela sampai anak gajah benar-benar dewasa.
"Biasanya gajah betina dapat menghasilkan keturunan setahun satu kali, dan baru bisa hamil dua tahun berikutnya," ujar Doni.
Dia menambahkan, selain lambatnya tingkat kelahiran gajah, faktor utama penyusutan populasi gajah saat ini akibat serangan penyakit dan perburuan liar di daerah itu.
"Tahun 2007 lalu, kali pertama ditemukan penyakit sejenis virus yang menyebabkan kematian satu ekor gajah. Kemudian pada tahun 2008, juga ditemukan gajah mati akibat kasus yang sama," paparnya.
Selain itu, perburuan liar juga masih marak di daerah itu, bahkan pada akhir 2009 ditemukan gajah jinak yang mati di pusat latihan gajah (PLG), akibat aksi nekat pencuri gading. Sehingga, gajah di PLG yang sebelumnya berjumlah 63 ekor, berkurang satu ekor gajah.
Sementara Kepala RPU TNWK Lampung Timur, Rosdi, menjelaskan, populasi gajah sumatra di TNWK yang makin berkurang menjadi perhatian sejumlah pihak.
Sebab, hewan yang bertubuh besar itu kini malah sering berkonflik dengan masyarakat desa penyangga di sekitar hutan TNWK.
"Untuk saat ini kami baru konsentrasi mengantisipasi konflik gajah dengan masyarakat desa penyangga, sedangkan masalah populasi gajah belum ditangani secara maksimal," terang dia.
Ke depan, lanjut dia, pihaknya akan melakukan pendataan ulang jumlah gajah liar di hutan TNWK dan di PLG, agar dapat dipantau perkembangan gajah secara intensif.
(JA*T013/K004)
Sumber: ANTARA News (Jumat, 26 Maret 2010 06:42 WIB)
"Berdasarkan data RPU tahun 2002 jumlah gajah sumatera di TNWK mencapai 226 ekor. Meski tahun 2010 ini belum didata ulang, namun berdasarkan pantauan jumlahnya makin berkurang yaitu kurang dari 200-an ekor lagi," kata manajer Lembaga Swadaya Masyarakat Wildlife Conservation Society (LSM WCS), Doni Gunariadi, di Way Jepara, Lampung Timur, Jumat.
Menurutnya, tingkat kelahiran gajah terbilang lambat, sebab gajah yang masa kehamilannya setahun sekali sulit berkembang menjadi banyak. Hal itu belum dikurangi masa sela sampai anak gajah benar-benar dewasa.
"Biasanya gajah betina dapat menghasilkan keturunan setahun satu kali, dan baru bisa hamil dua tahun berikutnya," ujar Doni.
Dia menambahkan, selain lambatnya tingkat kelahiran gajah, faktor utama penyusutan populasi gajah saat ini akibat serangan penyakit dan perburuan liar di daerah itu.
"Tahun 2007 lalu, kali pertama ditemukan penyakit sejenis virus yang menyebabkan kematian satu ekor gajah. Kemudian pada tahun 2008, juga ditemukan gajah mati akibat kasus yang sama," paparnya.
Selain itu, perburuan liar juga masih marak di daerah itu, bahkan pada akhir 2009 ditemukan gajah jinak yang mati di pusat latihan gajah (PLG), akibat aksi nekat pencuri gading. Sehingga, gajah di PLG yang sebelumnya berjumlah 63 ekor, berkurang satu ekor gajah.
Sementara Kepala RPU TNWK Lampung Timur, Rosdi, menjelaskan, populasi gajah sumatra di TNWK yang makin berkurang menjadi perhatian sejumlah pihak.
Sebab, hewan yang bertubuh besar itu kini malah sering berkonflik dengan masyarakat desa penyangga di sekitar hutan TNWK.
"Untuk saat ini kami baru konsentrasi mengantisipasi konflik gajah dengan masyarakat desa penyangga, sedangkan masalah populasi gajah belum ditangani secara maksimal," terang dia.
Ke depan, lanjut dia, pihaknya akan melakukan pendataan ulang jumlah gajah liar di hutan TNWK dan di PLG, agar dapat dipantau perkembangan gajah secara intensif.
(JA*T013/K004)
Sumber: ANTARA News (Jumat, 26 Maret 2010 06:42 WIB)