Bengkalis (ANTARA News) - Warga Desa Petani, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau mengancam akan membunuh gajah yang berkeliaran di perkampungan mereka apabila dalam waktu dekat pemeritah tidak mengambil tindakan terhadap hewan dilindungi itu.
"Saat ini kami sudah merasa resah dan gerah dengan gajah ini. Selain sudah merusak rumah kami, gajah-gajah ini juga terkadang mengancam keselamatan kami. Jadi jika dalam waktu dekat pemerintah tidak ada solusi, maka kami akan melakukan perburuan, dan kalau gajah itu buas, terpaksa kami juga harus membunuhnya sebelum ada korban manusia," kata Fahri (46) warga Desa Petani saat ditemui di desanya, Sabtu.
Selain Fahri, ucapan senada juga dikatakan Karman (60) yang mengaku rumahnya hancur karena diamuk kawanan gajah liar dan tidak dapat berbuat apa-apa untuk menangani hewan langka berbadan besar itu.
"Pilih yang mana, gajah atau manusia. Kalau memang hewan ini dilindungi oleh negara, maka negara juga harus memberi jaminan pada keselamatan masyarakat yang berada di kawasan hunian gajah. Jangan sampai nantinya sudah ada korban, baru pemerintah sibuk," ujar Karman.
Menanggapi pernyataan warga, Ketua Gerakan Masyarakat Peduli Alam dan Lingkungan (Gempal) Kabupaten Bengkalis, Riau, H. Simamora mengakui dan menilai jika penanganan gajah selama ini tidak serius.
Menurut dia, di daerah itu konflik gajah dan manusia sudah tidak dapat terhindarkan dan sepertinya tidak akan pernah berakhir.
"Kondisi ini bisa jadi disebabkan sumber makanan dan ruang tinggal gajah-gajah itu yang semakin menyempit akibat pengalihan kawasan hutan lindung yang terus beralih menjadi hutan tanaman industri," ujar Simamora.
"Salah satu cara menyudahi konflik itu, pemerintah harus menyediakan atau menambah luas pekarangan Pusat Pelatihan Gajah (PLG). Hal demikian juga jangan tunggu anggaran pusat, cukup anggaran daerah saja. Karena jika ditunggu dana dari pusat mau sampai kapan," tutur dia.
Sementara itu kawanan gajah liar sejak awal Maret 2010 kembali masuk ke perkampungan masyarakat di Desa Petani. beberapa rumah penduduk di desa itu ada yang hancur dan dirusak gajah.
Hewan yang hidup berkelompok itu acap keluar masuk perkampungan penduduk di Mandau karena tidak lagi ada hutan alami yang luas dan tidak ada kecukupan makanan bagi mereka.
(ANT/A038)
Sumber: ANTARA News (Minggu, 21 Maret 2010 04:36 WIB)
"Saat ini kami sudah merasa resah dan gerah dengan gajah ini. Selain sudah merusak rumah kami, gajah-gajah ini juga terkadang mengancam keselamatan kami. Jadi jika dalam waktu dekat pemerintah tidak ada solusi, maka kami akan melakukan perburuan, dan kalau gajah itu buas, terpaksa kami juga harus membunuhnya sebelum ada korban manusia," kata Fahri (46) warga Desa Petani saat ditemui di desanya, Sabtu.
Selain Fahri, ucapan senada juga dikatakan Karman (60) yang mengaku rumahnya hancur karena diamuk kawanan gajah liar dan tidak dapat berbuat apa-apa untuk menangani hewan langka berbadan besar itu.
"Pilih yang mana, gajah atau manusia. Kalau memang hewan ini dilindungi oleh negara, maka negara juga harus memberi jaminan pada keselamatan masyarakat yang berada di kawasan hunian gajah. Jangan sampai nantinya sudah ada korban, baru pemerintah sibuk," ujar Karman.
Menanggapi pernyataan warga, Ketua Gerakan Masyarakat Peduli Alam dan Lingkungan (Gempal) Kabupaten Bengkalis, Riau, H. Simamora mengakui dan menilai jika penanganan gajah selama ini tidak serius.
Menurut dia, di daerah itu konflik gajah dan manusia sudah tidak dapat terhindarkan dan sepertinya tidak akan pernah berakhir.
"Kondisi ini bisa jadi disebabkan sumber makanan dan ruang tinggal gajah-gajah itu yang semakin menyempit akibat pengalihan kawasan hutan lindung yang terus beralih menjadi hutan tanaman industri," ujar Simamora.
"Salah satu cara menyudahi konflik itu, pemerintah harus menyediakan atau menambah luas pekarangan Pusat Pelatihan Gajah (PLG). Hal demikian juga jangan tunggu anggaran pusat, cukup anggaran daerah saja. Karena jika ditunggu dana dari pusat mau sampai kapan," tutur dia.
Sementara itu kawanan gajah liar sejak awal Maret 2010 kembali masuk ke perkampungan masyarakat di Desa Petani. beberapa rumah penduduk di desa itu ada yang hancur dan dirusak gajah.
Hewan yang hidup berkelompok itu acap keluar masuk perkampungan penduduk di Mandau karena tidak lagi ada hutan alami yang luas dan tidak ada kecukupan makanan bagi mereka.
(ANT/A038)
Sumber: ANTARA News (Minggu, 21 Maret 2010 04:36 WIB)