Tapaktuan (ANTARA News) - Sebanyak dua harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) memangsa ternak ayam dan bebek milik warga di Desa Ujung Tanah, Kecamatan Samadua, Kabupaten Aceh Selatan, Aceh.
"Sejak beberapa hari terakhir warga resah akibat ternaknya dimangsa harimau dan jejaknya juga terlihat di sekitar pemukiman penduduk," kata Camat Samadua, S. Junaidi, di Tapaktuan, Selasa.
Ternak ayam dan bebek yang dimangsa satwa dilindungi itu milik Roni warga Dusun Sawang Bunga yang berada di pinggir jalan negara Meulaboh (Kabupaten Aceh Barat) - Medan (Sumatera Utara).
Junaidi mengatakan, pihaknya akan segera melaporkan keberadaan satwa dilindungi ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) agar segera ditanggulangi.
"Keberadaan harimau di sekitar pemukiman warga itu harus segera diatasi agar tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar," katanya.
Ia juga berharap pihak terkait untuk segera mengatasi keresahan penduduk dengan menurunkan pawang harimau untuk menjinakkan atau menggiring kembali ke habitatnya.
Jika dibiarkan berlarut, maka ia mengkhawatirkan satwa langka itu akan memangsa manusia seperti yang terjadi di Kecamatan Meukek, Labuhan Haji Timur dan Bakongan Timur.
Sementara itu, salah seorang warga Dusun Sawang Bunga, Abdullah (52), mengataka bahwa sejak beberapa hari terakhir jejak kaki harimau terlihat sekitar 20 meter dari dapur rumahnya.
"Pada hari Senin (15/3) ada dua jejak kaki harimau yang terlihat di belakang rumah saya. Yang satu kakinya besar dan satu lagi kemungkinan anaknya," kata petani pala dan kakao itu.
Warga mengaku sejak mengetahui ada jejak kaki harimau, mereka tidak berani beraktifitas di kebun secara maksimal.
Aktivis Lingkungan, T. Masrizar mengatakan BKSDA harus segera menurunkan tim untuk mengatasi gangguan satwa liar itu.
"BKSDA selaku pihak yang bertangggung jawab harus segera mencari solusi penanganannya, kalau tidak saya khawatir warga akan menempuh cara-cara anarkis," katanya.
Direktur Eksekutif Institute of Studies Social Development Strategy (Insosdes) itu menyebutkan, turunnya satwa liar ke pemukiman penduduk, akibat masih maraknya penebangan liar di kawasan pegunungan.
(T.KR-IRW/A011/P003)
Sumber: ANTARA News(Selasa, 16 Maret 2010 12:56 WIB)
"Sejak beberapa hari terakhir warga resah akibat ternaknya dimangsa harimau dan jejaknya juga terlihat di sekitar pemukiman penduduk," kata Camat Samadua, S. Junaidi, di Tapaktuan, Selasa.
Ternak ayam dan bebek yang dimangsa satwa dilindungi itu milik Roni warga Dusun Sawang Bunga yang berada di pinggir jalan negara Meulaboh (Kabupaten Aceh Barat) - Medan (Sumatera Utara).
Junaidi mengatakan, pihaknya akan segera melaporkan keberadaan satwa dilindungi ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) agar segera ditanggulangi.
"Keberadaan harimau di sekitar pemukiman warga itu harus segera diatasi agar tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar," katanya.
Ia juga berharap pihak terkait untuk segera mengatasi keresahan penduduk dengan menurunkan pawang harimau untuk menjinakkan atau menggiring kembali ke habitatnya.
Jika dibiarkan berlarut, maka ia mengkhawatirkan satwa langka itu akan memangsa manusia seperti yang terjadi di Kecamatan Meukek, Labuhan Haji Timur dan Bakongan Timur.
Sementara itu, salah seorang warga Dusun Sawang Bunga, Abdullah (52), mengataka bahwa sejak beberapa hari terakhir jejak kaki harimau terlihat sekitar 20 meter dari dapur rumahnya.
"Pada hari Senin (15/3) ada dua jejak kaki harimau yang terlihat di belakang rumah saya. Yang satu kakinya besar dan satu lagi kemungkinan anaknya," kata petani pala dan kakao itu.
Warga mengaku sejak mengetahui ada jejak kaki harimau, mereka tidak berani beraktifitas di kebun secara maksimal.
Aktivis Lingkungan, T. Masrizar mengatakan BKSDA harus segera menurunkan tim untuk mengatasi gangguan satwa liar itu.
"BKSDA selaku pihak yang bertangggung jawab harus segera mencari solusi penanganannya, kalau tidak saya khawatir warga akan menempuh cara-cara anarkis," katanya.
Direktur Eksekutif Institute of Studies Social Development Strategy (Insosdes) itu menyebutkan, turunnya satwa liar ke pemukiman penduduk, akibat masih maraknya penebangan liar di kawasan pegunungan.
(T.KR-IRW/A011/P003)
Sumber: ANTARA News(Selasa, 16 Maret 2010 12:56 WIB)