Denpasar (ANTARA News) - Kementerian Kehutanan RI berharap pertemuan 13 negara yang memiliki harimau mampu menghasilkan rencana pemulihan harimau dunia sebagai kesepakatan antarnegara untuk pelestarian satwa tersebut, termasuk harimau sumatera (panthera tigris sumatrae).
Pertemuan itu diharapkan meningkatkan populasi harimau di alam menjadi dua kali lipat pada 2022, demikian siaran pers Kementerian Kehutanan RI yang tengah menggelar kegiatan bertajuk "Pre Tiger Summit Partners Dialogue Meeting" di Nusa Dua, Bali, Senin.
Selain itu, melalui kegiatan tersebut akan diformulasikan konsep "Deklarasi Para Kepala Negara" yang akan dibahas dalam pertemuan tingkat kepala negara di Rusia, September mendatang.
Saat ini, harimau berada dalam kondis kritis. Spesies harimau di seluruh dunia yang tersisa sekitar 3.200 ekor, meliputi enam sub sepsies, yaitu harimau sumatera, bengal, amur, indochina, china selatan, dan harimau malaya.
Ancaman utama kepunahannya, yaitu hilang dan terfragmentasinya habitat yang tidak terkendali, berkurangnya jumlah mangsa alami (babi dan rusa), perburuan dan perdagangan ilegal (Amerika dan Eropa), serta konflik dengan masyarakat yang tinggal di sekitar habitat harimau.
Subspesies harimau yang ada di Indonesia, yaitu harimau sumatera, saat ini populasinya sekitar 400 ekor. Habibat harimau sumatera menyusut hampir 50 persen dalam kurun waktu 25 tahun terakhir.
Sekitar 70 persen dari habitat tersisa berada di luar kawasan konservasi yang tersebar pada setidaknya 20 petak hutan terisolasi satu dengan lainnya. Kondisi itulah yang menempatkan Indonesia sebagai negara kunci dalam pelestarian harimau dunia.
"Dengan menyelamatkan harimau, bukan hanya menyelamatkan satwa yang dilindungi, juga menyelamatkan habibat harimau tersebut," demikian Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Dr.Ir. Harry Santoso dalam penjelasan tersebut.
Seperti ajaran salah satu kitab Hindu (Sutasoma), populasi harimau yang baik merupakan indikator hutan yang sehat karena harimau butuh habitat yang sangat luas dan mangsa yang banyak.
Hutan yang kondisinya baik bukan hanya membawa manfaat dan kesejahteraan bagi jutaan masyarakat yang tinggal di sekitarnya, misalnya, sebagai daerah resapan air, penyedia air bersih, sumer makanan, dan obat-obatan.
Selain itu, juga berkontribusi besar terhadap penurunan emisi gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim bumi.(*)
T007/D007
Sumber : ANTARA News (Senin, 12 Juli 2010 23:03 WIB)
Pertemuan itu diharapkan meningkatkan populasi harimau di alam menjadi dua kali lipat pada 2022, demikian siaran pers Kementerian Kehutanan RI yang tengah menggelar kegiatan bertajuk "Pre Tiger Summit Partners Dialogue Meeting" di Nusa Dua, Bali, Senin.
Selain itu, melalui kegiatan tersebut akan diformulasikan konsep "Deklarasi Para Kepala Negara" yang akan dibahas dalam pertemuan tingkat kepala negara di Rusia, September mendatang.
Saat ini, harimau berada dalam kondis kritis. Spesies harimau di seluruh dunia yang tersisa sekitar 3.200 ekor, meliputi enam sub sepsies, yaitu harimau sumatera, bengal, amur, indochina, china selatan, dan harimau malaya.
Ancaman utama kepunahannya, yaitu hilang dan terfragmentasinya habitat yang tidak terkendali, berkurangnya jumlah mangsa alami (babi dan rusa), perburuan dan perdagangan ilegal (Amerika dan Eropa), serta konflik dengan masyarakat yang tinggal di sekitar habitat harimau.
Subspesies harimau yang ada di Indonesia, yaitu harimau sumatera, saat ini populasinya sekitar 400 ekor. Habibat harimau sumatera menyusut hampir 50 persen dalam kurun waktu 25 tahun terakhir.
Sekitar 70 persen dari habitat tersisa berada di luar kawasan konservasi yang tersebar pada setidaknya 20 petak hutan terisolasi satu dengan lainnya. Kondisi itulah yang menempatkan Indonesia sebagai negara kunci dalam pelestarian harimau dunia.
"Dengan menyelamatkan harimau, bukan hanya menyelamatkan satwa yang dilindungi, juga menyelamatkan habibat harimau tersebut," demikian Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Dr.Ir. Harry Santoso dalam penjelasan tersebut.
Seperti ajaran salah satu kitab Hindu (Sutasoma), populasi harimau yang baik merupakan indikator hutan yang sehat karena harimau butuh habitat yang sangat luas dan mangsa yang banyak.
Hutan yang kondisinya baik bukan hanya membawa manfaat dan kesejahteraan bagi jutaan masyarakat yang tinggal di sekitarnya, misalnya, sebagai daerah resapan air, penyedia air bersih, sumer makanan, dan obat-obatan.
Selain itu, juga berkontribusi besar terhadap penurunan emisi gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim bumi.(*)
T007/D007
Sumber : ANTARA News (Senin, 12 Juli 2010 23:03 WIB)