2011-06-22

Fenomena Tanah Rawa Gambut

Fenomena Tanah Berawa:
Tanah Berawa - Fungsi sponge (karet busa) untuk menyimpan air. Jika daerah ini dibangun, maka tempat penyerapan air menjadi tidak ada, air harus mengalir ke tempat yang lain. Bangunan yang dibangun di rawa dengan penimbunan akan turun terus, di samping itu, air akan naik terus jika tidak ada kompensasi untuk dialirkan ke tempat lain. Karena itu pembangunan di daerah berawa harus terkontrol supaya tidak mengganggu keseimbangan air tanah.

Fenomena Tanah Gambut:
  • Tanah gambut merupakan hasil pelapukan tumbuh-tumbuhan dalam ribuan tahun yang bukan merupakan daratan atau tanah yang sesungguhnya.
  • Ketebalannya bervariasi antara beberapa cm sampai 15 meter.
  • Tanah gambut akan terus mengalami penurunan (ingat: ia sebetulnya bukan tanah!), bisa sampai 1 m dalam 10 tahun.
  • Pembuatan jalan di atas lahan gambut lebih baik dilakukan dengan sistem rigid pavement (perkerasan kaku) yaitu dengan lapisan beton, supaya bebannya tersebar merata di atas permukaan tanah gambut, demikian memperlambat penurunan dan kerusakan.
  • Untuk mendapatkan bangunan yang stabil, maka pondasi harus dipancangkan sampai ke kedalaman tanah keras di bawah lapisan gambut.

Luasan lahan gambut di dunia adalah sekitar 424 juta ha (Kalmari, 1982) dan sekitar 38 juta ha terdapat di wilayah tropis (Friends of the Earth, 1983). Sebagian besar lahan gambut di wilayah tropis terdapat di Indonesia yaitu seluas 20.10 juta ha dan di Malaysia dengan luasan sekitar 2.7 juta ha (Vijarnsorn,1996). Di Indonesia, mayoritas lahan gambut ditemukan di luar Pulau Jawa dengan luasan sekitar 6.45% dari luas lahan gambut di dunia (Neue et al., 1997).

PROSES PEMBENTUKAN TANAH GAMBUT
Gambut terbentuk akibat proses dekomposisi bahan-bahan organik tumbuhan yang terjadi secara anaerob dengan laju akumulasi bahan organik lebih tinggi dibandingkan laju dekomposisinya. Akumulasi gambut umumnya akan membentuk lahan gambut pada lingkungan jenuh atau tergenang air, atau pada kondisi yang menyebabkan aktivitas mikroorganisme terhambat.

Vegetasi pembentuk gambut umumnya sangat adaptif pada lingkungan anaerob atau tergenang, seperti bakau (mangrove), rumput-rumput rawa dan hutan air tawar. Di daerah pantai dan dataran rendah, akumulasi bahan organik akan membentuk gambut ombrogen di atas gambut topogen dengan hamparan yang berbentuk kubah (dome). Gambut ombrogen terbentuk dari vegetasi hutan yang berlangsung selama ribuan tahun dengan ketebalan hingga puluhan meter.

Gambut tersebut terbentuk dari vegetasi rawa yang sepenuhnya tergantung pada input unsur hara dari air hujan dan bukan dari tanah mineral di bawah atau dari rembesan air tanah, sehingga tanahnya menjadi miskin hara dan bersifat masam. Gambut ombrogen umumnya terbentuk dari akumulasi bahan-bahan berkayu selama kurang lebih 4000-5000 tahun yang lalu (Anderson, 1983).

Menurut klasifikasi FAO-UNESCO, tanah gambut termasuk ordo Histosol dengan kandungan bahan organik >30% dalam lapisan setebal 40 cm dari bagian 80 cm teratas profil tanah. Berdasarkan tingkat dekomposisinya histosol dibagi menjadi 3 subordo yaitu fibrik < hemik < saprik. Tanah-tanah gambut di Sumatra termasuk subordo Terric Tropohemist, Terric Sulfihemist, Typic Tropohemist, Terric Troposaprist dan Typic Tropofibrist (Hardjowigeno, 1989). Secara umum, tingkat dekomposisi menentukan sifat-sifat fisik, biologi dan kimia gambut.

Indonesia adalah negara kepulauan dengan daratan yang luas dengan jenis tanah yang berbeda-beda. Berikut ini adalah macam-macam / jenis-jenis tanah yang ada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
  1. Tanah Humus: Tanah humus adalah tanah yang sangat subur terbentuk dari lapukan daun dan batang pohon di hutan hujan tropis yang lebat.
  2. Tanah Pasir: Tanah pasir adalah tanah yang bersifat kurang baik bagi pertanian yang terbentuk dari batuan beku serta batuan sedimen yang memiliki butir kasar dan berkerikil.
  3. Tanah Alluvial / Tanah Endapan: Tanah aluvial adalah tanah yang dibentuk dari lumpur sungai yang mengendap di dataran rendah yang memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan pertanian.
  4. Tanah Podzolit: Tanah podzolit adalah tanah subur yang umumnya berada di pegunungan dengan curah hujan yang tinggi dan bersuhu rendah / dingin.
  5. Tanah Vulkanik / Tanah Gunung Berapi: Tanah vulkanis adalah tanah yang terbentuk dari lapukan materi letusan gunung berapi yang subur mengandung zat hara yang tinggi. Jenis tanah vulkanik dapat dijumpai di sekitar lereng gunung berapi.
  6. Tanah Laterit: Tanah laterit adalah tanah tidak subur yang tadinya subur dan kaya akan unsur hara, namun unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa oleh air hujan yang tinggi. Contoh : Kalimantan Barat dan Lampung.
  7. Tanah Mediteran / Tanah Kapur: Tanah mediteran adalah tanah sifatnya tidak subur yang terbentuk dari pelapukan batuan yang kapur. Contoh : Nusa Tenggara, Maluku, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
  8. Tanah Gambut / Tanah Organosol: Tanah organosol adalah jenis tanah yang kurang subur untuk bercocok tanam yang merupakan hasil bentukan pelapukan tumbuhan rawa. Contoh : rawa Kalimantan, Papua dan Sumatera.
Privacy Policy - KELOMPOK PEDULI ALAM DJEMARI PEKANBARU (Riau) Copyright @ 2011 - Theme by djemari.org