2011-02-28

Gajah Jinak Terpaksa Dirantai

Pekanbaru - Gajah jinak di Pusat Latihan Gajah di Minas, Riau terpaksa sering dirantai saat digembala akibat kawasan hutan di lokasi tersebut habis dirambah untuk perkebunan kelapa sawit ilegal.

"Dahulu waktu masih banyak hutan, gajah dibiarkan saja dilepas saat mereka mencari makan. Tapi karena sudah banyak kebun sawit, kami terpaksa sering merantai kakinya supaya tidak memakan pohon sawit," kata pelatih gajah, Wagiran, kepada ANTARA di PLG Minas, Selasa.

PLG Minas berlokasi di dalam kawasan konservasi Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim. Di tempat itu terdapat 24 ekor gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus) jinak.

Namun, lokasi PLG Minas kini terkepung oleh perkebunan kelapa sawit ilegal sehingga hutan yang tersisa sangat sempit untuk mencari makan gajah.


Menurut Wagiran, perambahan di taman hutan raya mulai terjadi sejak tahun 2003 dan makin merajalela. Akibatnya, sejumlah gajah kini terpaksa dirantai saat mencari makan di padang ilalang sempit yang berseberangan dengan kebun sawit.

Meski merantai gajah diakui Wagiran dapat mencederai satwa bongsor itu, namun ia mengatakan hal itu terpaksa dilakukan demi keselamatan gajah itu sendiri.

"Kalau mereka dibiarkan lepas dan merusak pohon sawit, kita harus ganti rugi ke petani. Belum lagi kalau ada yang tak suka, bisa saja gajah kami malah diracun," ujarnya.

Seorang pelatih gajah lainnya, Muhammad Akir Harahap mengatakan perambahan di taman hutan raya sudah dalam tahap yang kronis dan mengancam keberadaan PLG Minas.

"Kawasan inti sampai hutan penyangga taman hutan raya semua sudah dirambah. Bahkan, dari gapura masuk ke PLG saja sudah kelihatan kebun sawit semua," katanya.

Ia mengharapkan pemerintah daerah bisa bersikap tegas untuk menyelamatkan habitat gajah.

"Seharusnya pemerintah segera merehabilitasi kawasan hutan ini," katanya.

Sementara itu, Humas WWF Riau Syamsidar mengatakan perambahan kawasan konservasi menjadi perkebunan kelapa sawit menjadi ancaman utama bagi kelestarian gajah Sumatra di Riau yang diperkirakan tinggal 350 ekor.

Menurut dia, perambahan kawasan konservasi yang menjadi habitat gajah di Riau tidak hanya terjadi di taman hutan raya, melainkan juga di Taman Nasional Tesso Nilo dan Suaka Margasatwa Balai Raja.

"Akibatnya, konflik gajah liar dan manusia terus terjadi dan makin parah," ujarnya.
(F012/Z003)

Sumber : ANTARA News (Selasa, 18 Januari 2011 14:12 WIB)
Privacy Policy - KELOMPOK PEDULI ALAM DJEMARI PEKANBARU (Riau) Copyright @ 2011 - Theme by djemari.org