2010-08-10

Ada 50 Ribu Orangutan di Kalimantan

Palangkaraya (ANTARA News)- "World Wide Fund for Nature" (WWF) Indonesia, Kalimantan Tengah (Kalteng), memperkirakan masih terdapat sekitar 50 ribu ekor satwa orangutan di pulau terbesar Indonesia, Kalimantan ini.

Koordinator Konservasi WWF Kalteng, Adventus Panda kepada ANTARA di Palangkaraya, Minggu menyebutkan, populasi orangutan itu cukup menyebar tetapi terbesar di Kalteng, khususnya di Taman Nasional (TN) Sebangau sekitar antara 7.000-9.000 individu.

Diketahuinya jumlah satwa itu di TN Sebangau setelah dilakukan survei, baik melalui udara maupun dari pihak WWF sendiri yang melakukan penjelajahan hutan Sebangau untuk mengetahui jumlah sarang-sarang yang ada di pohon. Dengan diketahui jumlah sarang maka bisa diketahui jumlah individu.

Hanya saja keberadaan orangutan di TN Sebangau ini kian terdesak, setelah terus terjadinya penebangan kayu secara liar yang merusak habitatnya, serta akibat kebakaran hutan yang terus menerus dalam kurun waktu beberapa tahun belakangan ini.

Mengenai penyebaran satwa itu di Kalimantan/ ia menyebutkan terbagi tiga wilayah, yaitu wilayah Pulau Kalimantan terus ke bagian Utara hingga ke Sabah. Malaysia.

Sebaran kedua Kalteng terus ke bagian Barat, serta bagian Barat hingga ke Serawak. Malaysia.

Sebelumnya. Kepala Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Kalteng, Mega Haryanto mengungkapkan seribu ekor orangutan yang ada di lokasi rehabilitasi di lepas ke alam bebas.

Seribu ekor orangutan tersebut sebagian besar berada di lokasi proyek "Reintroduction Nyaru Menteng", dan Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP).

Orangutan itu merupakan hasil penangkapan, penyerahan oleh masyarakat serta perusahaan yang kemudian direhabilitas di dua lokasi wilayah Kalteng ini.

Menurut dia, pelepasan orang utan ke alam bebas tersebut dimaksudkan agar populasi satwa yang dilindungi itu kian bertambah di kemudian hari, mengingat selama ini populasi satwa langka itu terus terjepit akibat dampak berbagai pembangunan.

Dalam upaya melepas orang utan ke alam bebas tersebut, BKSDA bekerja sama dengan sebuah yayasan atau badan penyelamatan orang utan, BOS (The Borneo Orangutan Survival Foundation), baik BOS yang ada di Nyaru Menteng maupun BOS di Mawas.

Sebelum dilakukan pelepasan itu, memang melengkapi berbagai persyaratan teknis, maupun persyaratan medis, mengingat satwa ini juga rentan terserang penyakit seperti tipes, atau tobercolosis (TBC), disamping persyaratan administrasi.

"Sebelum dilepas, binatang itu disehatkan dulu, sehingga ia bisa hidup dengan sehat di alam bebas nanti," tuturnya.

(ANT092/C004)


Sumber : ANTARA News (Minggu, 25 Juli 2010 09:33 WIB)
Privacy Policy - KELOMPOK PEDULI ALAM DJEMARI PEKANBARU (Riau) Copyright @ 2011 - Theme by djemari.org