SOSIOLOGI SUKU PEDALAMAN
ORANG RIMBA
Orang Rimba & Orang Luar/Melayu
- Orang Rimba (OR) yaitu masyarakat berburu dan meramu yang merupakan salah satu suku minoritas di Indonesia, disebut juga oleh orang luar adalah: kubu = orang rimbo = orang hutan = suku anak dalam = sanak = dulur
- Sebutan Orang Rimba mencerminkan jati dirinya yang masih menggantungkan hidupnya dengan keberadaan hutan.
- OR memandang Orang Luar terutama “melayu” merupakan sumber segala penyakit. (me-layu=membuat layu/sakit=mematikan, “natong melayu” = landak)
- Dalam kosmologi OR: “penyakit datang dari hilir sungai”, sehingga interaksi dengan orang luar agak terbatas.
- “Belangun” (pindah ke tempat lain) yang juga merupakan “tabu kematian” (mobilitas residensial) merupakan mekanisme OR untuk mengindari konflik, keterikatan sosial pada kelompok tertentu, wabah penyakit, yang dielaborasikan dengan hasil sumber daya hutan atau hasil ladang yang semakin berkurang, sehingga OR sering juga disebut masyarakat berpindah-pindah (nomaden).
- OR masih mempercayai keberadaan dewa-dewa dan roh leluhur (animisme), tetapi juga pengaruh Islam cukup kuat dalam kehidupan mereka, seperti dalam mantera-mantera (tetawar) dan upacara “bedeki” (berdzikir).
- OR di kawasan TNBT dan sekitarnya relatif lebih terbuka dan “lebih longgar” dibandingkan dengan OR di kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas, sehingga relatif mudah berinteraksi dengan
Orang Rimba & Hutan
- Hutan merupakan kawasan hidup dan sumberdaya tradisional (sumberdaya sosio-kultur & sosio-ekonomi) bagi OR.
- Hutan merupakan sumber protein nabati dan hewani, serta sumber biota obat {Di TNBT terdapat 246 jenis tumbuhan obat tradisional (Schumacher, 1994); 51 jenis tumbuhan dan 8 jenis cendawan obat (Ekspedisi Biota Medika, 1998)}.
- Habis/rusaknya hutan merupakan tanda kiamat sudah dekat bagi OR (“bila sepanjang halam nioma lah putih segelo, itu retinye lah nak kiamat”)
- Keberadaan hutan melindungi “perempuan dan anak-anak” OR (“betina adolah rajo yang dipetakutkan/dipemalukan, anak adolah rajo yang dipeturutkan”), sehingga hutan merupakan ‘benteng pertahanan’ (kubu?) bagi mereka untuk menghindari konflik dan perang.
- Hutan dan gunung juga dipercayai adalah tempat dewa-dewa mereka (“ado hutan ado bunga, ado bunga ado dewa”).
- Basaleh merupakan upacara pengobatan OR di dalam hutan.
- OR mengambil hasil hutan non kayu (mobilitas taktis) yang menjadi sumber penghasilan cukup tinggi bagi OR adalah getah jerenang/”darah naga” (Daemonorophs draco), rotan/manau (Callamus spp), damar, lebah madu sialang (maniy rapah), lelabi, dll. Kegiatan ini dikombinasikan dengan kegiatan perladangan/berkebun karet, berburu dan menangkap ikan.
- Oleh karena itu populasi Orang Rimba akan tersebar ke daerah-daerah yang sumber daya hutannya relatif banyak atau tersedia dan “bebas konflik”, sehingga OR cenderung tinggal di daerah huluan sungai.
TALANG MAMAK
- Terdiri dari Talang Mamak Gangsal (tersebar di sekitar sub DAS Gangsal, di dalam kawasan TNBT) dan Talang Mamak 3 Balai (tersebar di sekitar sub DAS Cenaku, di sebelah barat TNBT).
- Talang Mamak (TM) juga merupakan salah satu suku minoritas di Indonesia, dan merupakan masyarakat pe-”talang”-an/perladangan dengan sistem ladang berputar/beringsut, sehingga berdasarkan stabilitas kedudukannya relatif stabil/tetap. Dengan demikian TM relatif mudah “dibina” oleh pemerintah (PKMT, resettlement dengan pola transmigrasi lokal?).
- TM di kawasan TNBT relatif lebih terbuka dibanding OR, sehingga relatif cepat berinteraksi dan beradaptasi dengan dunia luar.
- TM masih mempercayai keberadaan dewa-dewa dan roh leluhur, namun demikian terjadi tarik menarik pengaruh dari Islam dan Kristen (keberadaan missionaris).
- Hutan juga merupakan kawasan hidup dan sumberdaya tradisional (sumberdaya sosio-kultur & sosio-ekonomi) bagi TM {“tindik dabu, lupak pendanauan-sialang pendulangan, cucur ayik sinding pematang” = segala sesuatu didasarkan pada adat, sungai dan danau dilindungi untuk mendapatkan ikan, pohon sialang untuk diambil madunya, batas dusun/kampung dan kekuasaan didasarkan pada sungai yang mengalir ke sungai besar (DAS Indragiri)}.
- TM juga mengenal banyak biota obat dan pengobatan tradisional melalui upacara “kemantan”