Para kepala negara dan pemerintahan negara-negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) menyatukan suara dalam isu perubahan iklim, demikian Dirjen ASEAN Departemen Luar Negeri Djauhari Oratmangun di sela KTT ASEAN ke-15 di Hua Hin, Thailand, Sabtu malam.
Dia melanjutkan, kesatuan sikap ASEAN ini dituangkan dalam "Pernyataan Bersama" yang diantaranya juga mengimbau negara-negara Annex 1 untuk segera menurunkan emisi gas rumah kacanya secara drastis.
ASEAN juga menyeru negara-negara di kawasan untuk menjaga pantai dan lautnya dari kerusakan akibat efek negatif dari perubahan iklim, serta berkomitmen untuk lebih mempererat kerja sama antarnegara anggota dan negara mitra.
Menurut Djauhari, menindaklanjuti pernyataan bersama ini, Menteri Lingkungan Hidup dari negara-negara anggota ASEAN akan membahas masalah lingkungan lebih komprehensif lagi. "Mereka akan bertemu pada Desember tahun ini di Singapura," katanya.
Djauhari menuturkan, baik negara-negara maju maupun negara berkembang harus berupaya menurunkan emisi karbon.
Soal lingkungan ini juga dibahas dalam pertemuan ASEAN dengan Republik Korea dimana pemerintah Korea Selatan berjanji menyatakan mengalokasikan dana 100 juta dolar AS untuk mendukung ASEAN menghadapi perubahan iklim. Dana itu akan digunakan untuk pengelolaan air bersih.
Sementara itu, Manajer Kampanye Greenpeace Asia Tenggara Tara Buakamsr imeminta pimpinan ASEAN untuk lebih memperhatikan masalah perubahan iklim.
ASEAN telah merasakan akibat dari perubahan iklim sehingga harus berkomitmen menghentikan penggundulan hutan, melaksanakan pembangunan rendah karbon, dan menyepakati kesepakatan Konferensi Kopenhagen akhir 2009 ini, kata Tara.
Sumber: ANTARA News (Minggu, 25 Oktober 2009 00:55 WIB)
Dia melanjutkan, kesatuan sikap ASEAN ini dituangkan dalam "Pernyataan Bersama" yang diantaranya juga mengimbau negara-negara Annex 1 untuk segera menurunkan emisi gas rumah kacanya secara drastis.
ASEAN juga menyeru negara-negara di kawasan untuk menjaga pantai dan lautnya dari kerusakan akibat efek negatif dari perubahan iklim, serta berkomitmen untuk lebih mempererat kerja sama antarnegara anggota dan negara mitra.
Menurut Djauhari, menindaklanjuti pernyataan bersama ini, Menteri Lingkungan Hidup dari negara-negara anggota ASEAN akan membahas masalah lingkungan lebih komprehensif lagi. "Mereka akan bertemu pada Desember tahun ini di Singapura," katanya.
Djauhari menuturkan, baik negara-negara maju maupun negara berkembang harus berupaya menurunkan emisi karbon.
Soal lingkungan ini juga dibahas dalam pertemuan ASEAN dengan Republik Korea dimana pemerintah Korea Selatan berjanji menyatakan mengalokasikan dana 100 juta dolar AS untuk mendukung ASEAN menghadapi perubahan iklim. Dana itu akan digunakan untuk pengelolaan air bersih.
Sementara itu, Manajer Kampanye Greenpeace Asia Tenggara Tara Buakamsr imeminta pimpinan ASEAN untuk lebih memperhatikan masalah perubahan iklim.
ASEAN telah merasakan akibat dari perubahan iklim sehingga harus berkomitmen menghentikan penggundulan hutan, melaksanakan pembangunan rendah karbon, dan menyepakati kesepakatan Konferensi Kopenhagen akhir 2009 ini, kata Tara.
Sumber: ANTARA News (Minggu, 25 Oktober 2009 00:55 WIB)