Harimau Sumatra/ilustrasi. (ANTARA/Irwansyah Putra)@
Banda Aceh (ANTARA News) - Harimau Sumatra (panthera tigris Sumatra) yang kini dirawat di Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Provinsi Aceh, sulit untuk dilepasliarkan kembali karena dinilai berat untuk bertahan hidup di habitatnya.
"Harimau yang sudah dirawat di BKSDA harus dilatih lagi untuk kembali ke habitatnya karena sudah kehilangan sebagian besar insting bertahan hidup di alam bebas," kata Kepala BKSDA Provinsi Aceh Abubakar di Banda Aceh, Senin.
BKSDA Provinsi Aceh saat ini merawat tiga harimau Sumatra yang seluruhnya berjenis kelamin betina dari berbagai daerah di provinsi paling ujung barat Pulau Sumatra ini.
Seekor harimau dari Kabupaten Aceh Selatan berusia sekitar tiga tahun dirawat di BKSDA sejak enam bulan lalu. Sebelum dibawa ke BKSDA, si `raja hutan` itu selama dua tahun dipelihara warga.
Karena sudah terbiasa dengan manusia dan sudah terlalu jinak sehingga tidak mungkin dikembalikan ke alam liar, kata Abubakar seraya menambahkan, harimau tersebut bisa kembali ke habitatnya jika dilatih.
"Masalah yang kita hadapi sekarang, di Aceh tidak ada tempat pelatihan harimau. Harus dibawa ke Jambi tapi masalahnya sulit mendapat izin dari pemerintah untuk membawanya ke luar Aceh," katanya.
Sedangkan seekor harimau lainnya asal Subulussalam berusia 1,5 tahun yang diamputasi kakinya akibat terperangkap jerat babi juga tidak mungkin kembali ke hutan.
Harimau yang sudah kehilangan anggota tubuhnya akan sulit bertahan hidup di alam liar karena tidak akan selincah harimau normal untuk berburu makanannya. Harimau tersebut terpaksa terus dirawat di BKSDA.
Sedang yang seekor lainnya, baru tiga hari dirawat di BKSDA. Harimau dari Aceh Selatan itu meresahkan warga karena memangsa ternak namun kondisinya saat ini sangat lemah akibat terjerat perangkap babi sehingga kakinya terluka.
Abubakar juga mengatakan, pihaknya saat ini menanggung sebagian besar biaya makan harimau yang menghabiskan dana sebesar Rp500.000/minggu untuk setiap harimau. Selain itu, kerangkeng tempat harimau dirawat tidak memadai sebab terlalu sempit. Kerangkeng tersebut sebenarnya kandang orangutan.
Sumber: ANTARA News (Senin, 26 Oktober 2009 08:35 WIB)