Pekanbaru (ANTARA News) - Sekitar tiga ratusan warga Semenanjung Kampar, Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelawawan, Riau, Ahad, mendatangi Kamp Perlindungan Iklim Greenpeace dan menyatakan dukungan agar para penggiat lingkungan itu tidak ke luar dari hutan rawa gambut itu.
Ratusan warga yang terdiri dari orang tua hingga anak-anak itu tiba di Kamp Greenpecae sekitar pukul 12.00 WIB menggunakan perahu kayu berukuran besar.
Ketika sampai di dermaga dan berjalan kaki menuju kamp yang berjarak sekitar 100 meter, mereka meneriakkan yel "Hidup Greenpeace" dan menyatakan dukungan agar para aktivis lingkungan yang mendirikan kamp di tepi sungai Kampar itu tidak hengkang.
Beberapa wanita juga terlihat menangis dan ketika sampai di kamp mereka langsung memeluk para aktivis yang sedang bersiap-siap membereskan peralatan untuk hengkang dari areal tersebut.
"Saya sangat sedih begitu mengetahui Polisi meminta agar Greenpeace meninggalkan Semenanjung Kampar ini," ujar seorang warga Devi (20) sambil menangis tersengguk-senguk.
Dia mengatakan, jumlah warga yang menolak kehadiran organisasi lingkungan hidup di area lahan gambut Semenanjung Kampar itu tidaklah banyak.
Sejak para penggiat lingkungan itu hadir dan kemudian mendirikan kamp perlindungan iklim, pengetahuan warga menjadi bertambah tentang ancaman kerusakan hutan khususnya di daerah itu.
"Yang menolak itu tidaklah banyak dan biasanya mereka dipengaruhi perusahaan yang hadir disini, padahal kami mulai tahu arti pentingnya hutan dan ancaman bahaya lingkungan," katanya.
Juru Kampanye Hutan Greenpeace, Zulfahmi, mengaku pihaknya belum mengetahui maksud dan tujuan ratusan warga yang datang menyesaki kamp yang juga dijadikan tempat bermalam.
Rekan-rekan aktivis sendiri, katanya, sedang berkemas-kemas untuk meninggalkan lokasi itu sesuai batas waktu terakhir yang diberikan aparat kepolisian pada Ahad petang pukul 18.00 WIB dengan ancaman evakuasi paksa.
"Kami belum tahu maksudnya warga datang untuk apa, tapi sebagian barang kami sudah berada di perahu dan teman-teman yang lain sedang berkemas," ujarnya.
Sehari sebelumnya Greenpeace memutuskan untuk hengkang dari hutan rawa gambut Semenanjung Kampar dan mengosongkan kamp perlindungan iklim sebagai buntut dari penyegelan alat berat milik PT Riau Andalan Pulp and Paper dan terjadinya pro dan kontra warga setempat akibat kehadiran mereka.
Semenanjung Kampar di Riau memiliki lebih dari 700,000 hektare hutan rawa gambut, sehingga menjadikannya salah satu hutan dataran rendah terbesar di Sumatera. Kawasan ini merupakan habitat bagi harimau sumatera (Phantera tigris sumatrae) dan beberapa species yang terancam punah.
Sumber: ANTARA News (Minggu, 15 November 2009 14:56 WIB)
Ratusan warga yang terdiri dari orang tua hingga anak-anak itu tiba di Kamp Greenpecae sekitar pukul 12.00 WIB menggunakan perahu kayu berukuran besar.
Ketika sampai di dermaga dan berjalan kaki menuju kamp yang berjarak sekitar 100 meter, mereka meneriakkan yel "Hidup Greenpeace" dan menyatakan dukungan agar para aktivis lingkungan yang mendirikan kamp di tepi sungai Kampar itu tidak hengkang.
Beberapa wanita juga terlihat menangis dan ketika sampai di kamp mereka langsung memeluk para aktivis yang sedang bersiap-siap membereskan peralatan untuk hengkang dari areal tersebut.
"Saya sangat sedih begitu mengetahui Polisi meminta agar Greenpeace meninggalkan Semenanjung Kampar ini," ujar seorang warga Devi (20) sambil menangis tersengguk-senguk.
Dia mengatakan, jumlah warga yang menolak kehadiran organisasi lingkungan hidup di area lahan gambut Semenanjung Kampar itu tidaklah banyak.
Sejak para penggiat lingkungan itu hadir dan kemudian mendirikan kamp perlindungan iklim, pengetahuan warga menjadi bertambah tentang ancaman kerusakan hutan khususnya di daerah itu.
"Yang menolak itu tidaklah banyak dan biasanya mereka dipengaruhi perusahaan yang hadir disini, padahal kami mulai tahu arti pentingnya hutan dan ancaman bahaya lingkungan," katanya.
Juru Kampanye Hutan Greenpeace, Zulfahmi, mengaku pihaknya belum mengetahui maksud dan tujuan ratusan warga yang datang menyesaki kamp yang juga dijadikan tempat bermalam.
Rekan-rekan aktivis sendiri, katanya, sedang berkemas-kemas untuk meninggalkan lokasi itu sesuai batas waktu terakhir yang diberikan aparat kepolisian pada Ahad petang pukul 18.00 WIB dengan ancaman evakuasi paksa.
"Kami belum tahu maksudnya warga datang untuk apa, tapi sebagian barang kami sudah berada di perahu dan teman-teman yang lain sedang berkemas," ujarnya.
Sehari sebelumnya Greenpeace memutuskan untuk hengkang dari hutan rawa gambut Semenanjung Kampar dan mengosongkan kamp perlindungan iklim sebagai buntut dari penyegelan alat berat milik PT Riau Andalan Pulp and Paper dan terjadinya pro dan kontra warga setempat akibat kehadiran mereka.
Semenanjung Kampar di Riau memiliki lebih dari 700,000 hektare hutan rawa gambut, sehingga menjadikannya salah satu hutan dataran rendah terbesar di Sumatera. Kawasan ini merupakan habitat bagi harimau sumatera (Phantera tigris sumatrae) dan beberapa species yang terancam punah.
Sumber: ANTARA News (Minggu, 15 November 2009 14:56 WIB)