Denpasar (ANTARA News) - Ketua Perhimpunan Kebun Binatang Seluruh Indonesia atau PKBSI Dr Rahmat Shah mengemukakan, sebanyak tiga kebun binatang di Indonesia ditutup karena dinilai tidak memenuhi syarat sebagai lembaga konservasi.
"Ketiga kebun binatang itu adalah Taman Kalokan Widya Mandala di Baturaden, Jawa Tengah, Taman Pontianak di Kalimantan Barat dan Taman Sriwijaya di Palembang," katanya di acara Musyawarah Nasional (Munas) XI PKSBI di Seminyak, Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Sabtu.
Selain itu, katanya, ketiga kebun binatang tersebut sebelumnya juga telah dikeluarkan dari keanggotaan PKBSI sesuai hasil rapat pimpinan PKBSI dengan Departemen Kehutanan.
Dia mengatakan, pengelola ketiga kebun binatang itu melakukan beberapa pelanggaran yang tidak bisa ditoleransi lagi. Mereka tidak memikirkan keberlansungan satwa-satwa yang ada di kebun binatangnya.
Anggota DPD RI dari pemilihan Sumatra Barat ini mengemukakan, ketiga kebun binatang itu juga dinilai telah melakukan pelanggaran etika yang mestinya tidak boleh dilakukan oleh pengelola kebun binatang.
"Mereka juga tidak memikirkan kesejahteraan staf dan karyawan serta mengabaikan keselamatan pengunjung," ujarnya.
Dengan dipecat dan ditutupnya ketiga kebun binatang itu, berarti keanggotaan PKBSI ini hanya 34 dari sebelumnya 37 anggota di seluruh Indonesia.
Diakui Rahmat, untuk pengelolaan kebun binatang atau tamam untuk melindungi flora fauna, yakni satwa langka maupun keanekargaman hayati yang ada di dalamnya, bukan pekerjaan mudah dan membutuhkan dana cukup besar.
"Saya setiap bulannya harus rugi Rp40 hingga Rp50 juta untuk mengelola kebun binatang di Pematang Siantar," ujarnya.
Namun karena keterpanggilan untuk menyalamatkan satwa langka dari kepunahan sehingga iapun tidak peduli meskipun harus menanggung kerugian cukup besar.
Dikatakannya, mengingat untuk pemeliharaan dan keberlangsungan kebun binatang membutuhkan dana cukup besar sementara keterbatasan dimiliki masing-masing pengelola, sehingga tak sedikit kondisinya tidak terawat.
Meski di tengah keterbatasan yang ada, pihaknya terus melakukan sosialisasi ke masyarakat dan para pengelola kebun binatang untuk melindungi satwa langka maupun keanekaragaman hayati.
"Sudah menjadi tanggungjawab kita untuk mengatasi kepunahan satwa langka," tambahnya.
Diharapkan anggota PKSBI terus melakukan terobosan-terobosan dalam menjalankan fungsi lembaga konservasi agar nantinya bisa lebih mandiri dan sehat.
Ditambahkannya, selama ini kegiatan operasional kebun binatang dapat berjalan karena juga ditopang dengan keberadaan prasarana dan sarana pendukung seperti adanya kolam renang maupun para pedagang suvenir.
Sumber: ANTARA News (Sabtu, 21 November 2009 18:32 WIB)
"Ketiga kebun binatang itu adalah Taman Kalokan Widya Mandala di Baturaden, Jawa Tengah, Taman Pontianak di Kalimantan Barat dan Taman Sriwijaya di Palembang," katanya di acara Musyawarah Nasional (Munas) XI PKSBI di Seminyak, Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Sabtu.
Selain itu, katanya, ketiga kebun binatang tersebut sebelumnya juga telah dikeluarkan dari keanggotaan PKBSI sesuai hasil rapat pimpinan PKBSI dengan Departemen Kehutanan.
Dia mengatakan, pengelola ketiga kebun binatang itu melakukan beberapa pelanggaran yang tidak bisa ditoleransi lagi. Mereka tidak memikirkan keberlansungan satwa-satwa yang ada di kebun binatangnya.
Anggota DPD RI dari pemilihan Sumatra Barat ini mengemukakan, ketiga kebun binatang itu juga dinilai telah melakukan pelanggaran etika yang mestinya tidak boleh dilakukan oleh pengelola kebun binatang.
"Mereka juga tidak memikirkan kesejahteraan staf dan karyawan serta mengabaikan keselamatan pengunjung," ujarnya.
Dengan dipecat dan ditutupnya ketiga kebun binatang itu, berarti keanggotaan PKBSI ini hanya 34 dari sebelumnya 37 anggota di seluruh Indonesia.
Diakui Rahmat, untuk pengelolaan kebun binatang atau tamam untuk melindungi flora fauna, yakni satwa langka maupun keanekargaman hayati yang ada di dalamnya, bukan pekerjaan mudah dan membutuhkan dana cukup besar.
"Saya setiap bulannya harus rugi Rp40 hingga Rp50 juta untuk mengelola kebun binatang di Pematang Siantar," ujarnya.
Namun karena keterpanggilan untuk menyalamatkan satwa langka dari kepunahan sehingga iapun tidak peduli meskipun harus menanggung kerugian cukup besar.
Dikatakannya, mengingat untuk pemeliharaan dan keberlangsungan kebun binatang membutuhkan dana cukup besar sementara keterbatasan dimiliki masing-masing pengelola, sehingga tak sedikit kondisinya tidak terawat.
Meski di tengah keterbatasan yang ada, pihaknya terus melakukan sosialisasi ke masyarakat dan para pengelola kebun binatang untuk melindungi satwa langka maupun keanekaragaman hayati.
"Sudah menjadi tanggungjawab kita untuk mengatasi kepunahan satwa langka," tambahnya.
Diharapkan anggota PKSBI terus melakukan terobosan-terobosan dalam menjalankan fungsi lembaga konservasi agar nantinya bisa lebih mandiri dan sehat.
Ditambahkannya, selama ini kegiatan operasional kebun binatang dapat berjalan karena juga ditopang dengan keberadaan prasarana dan sarana pendukung seperti adanya kolam renang maupun para pedagang suvenir.
Sumber: ANTARA News (Sabtu, 21 November 2009 18:32 WIB)