New York (ANTARA News) - Sejumlah peneliti telah menemukan balai konservasi pertama di Afghanistan yang menjadi tempat pemeliharaan burung langka jenis pengicau yang hidup di alang-alang sebagai spesies langka dan baru di dunianya.
Peneliti konservasi dunia hewan dan Universitas Gothenburg Swedia menemukan suaka margasatwa di timur laut Afghanistan yang terbebas dari buruk dampak peperangan, demikian laporan Reuters Life!
Mereka menggunakan balai observatorium, ruang percobaan, rangkaian asam pembentuk peta tubuh (DNA) dan rekaman pertama suara burung itu untuk menemukan dan menguji penemuan tersebut.
Para peneliti menggunakan cara menangkap dan melepaskan 20 burung. Hal itu menembus rekor terbanyak yang pernah direkam. Burung langka itu pertama ditemukan di India pada 1867, dan kedua di Thailand pada 2006.
"Praktiksnya tidak ada yang diketahui tentang spesies ini. Penemuan ini merupakan terobosan baru akan informasi burung langka tersebut," kata Colin Poole dari WCS's Asia Program dalam pernyataannya.
Ia pun mengemukakan, "Ini sebuah pengetahuan yang baru tentang burung juga mengindikasikan bahwa daerah Wakhan tempat di mana burung itu ditemukan masih menyimpan rahasia, dan merupakan masukan yang penting untuk balai konservasi Afghanistan di masa datang."
Penemuan itu ditemukan setelah Robert Timmins dari WCS memimpin survei komunitas burung di area tersebut.
Daerah Wakhan terbebas dari dampak perang yang berkepanjangan di Afghanistan sejak invasi Uni Soviet 1979. Area tersebut dihuni oleh petani Wakhi dan Kyrghyz, yang juga menjadi habitat macan tutul salju dan domba liar jenis Marco Polo.
Timmins mendengar kicauan khas datang dari burung olive coklat dengan paruh yang panjang sehingga dia langsung merekamnya.
Peserta peneliti musim panas WCS kembali ke area yang sama dan menggunakan alat perekam kicauan burung agar membuat yang lain keluar dan menangkap sebanyak 20 burung untuk diteliti.
WCS merupakan organisasi satu-satunya saat ini yang memimpin ilmuwan dalam kajian konservasi di Afghanistan.
Hal tersebut berdampak positif dengan pemberian kontribusi kepada balai konservasi lainnya dan sebagai bentuk kerjasama dengan pemerintah Afghanistan, selain membantu Afghanistan melindungi spesies hewan-hewannya dan larangan untuk memburu macan tutul salju, serigala, beruang coklat dan spesies lainnya.
Sumber : ANTARA News (Senin, 18 Januari 2010 20:30 WIB)
Peneliti konservasi dunia hewan dan Universitas Gothenburg Swedia menemukan suaka margasatwa di timur laut Afghanistan yang terbebas dari buruk dampak peperangan, demikian laporan Reuters Life!
Mereka menggunakan balai observatorium, ruang percobaan, rangkaian asam pembentuk peta tubuh (DNA) dan rekaman pertama suara burung itu untuk menemukan dan menguji penemuan tersebut.
Para peneliti menggunakan cara menangkap dan melepaskan 20 burung. Hal itu menembus rekor terbanyak yang pernah direkam. Burung langka itu pertama ditemukan di India pada 1867, dan kedua di Thailand pada 2006.
"Praktiksnya tidak ada yang diketahui tentang spesies ini. Penemuan ini merupakan terobosan baru akan informasi burung langka tersebut," kata Colin Poole dari WCS's Asia Program dalam pernyataannya.
Ia pun mengemukakan, "Ini sebuah pengetahuan yang baru tentang burung juga mengindikasikan bahwa daerah Wakhan tempat di mana burung itu ditemukan masih menyimpan rahasia, dan merupakan masukan yang penting untuk balai konservasi Afghanistan di masa datang."
Penemuan itu ditemukan setelah Robert Timmins dari WCS memimpin survei komunitas burung di area tersebut.
Daerah Wakhan terbebas dari dampak perang yang berkepanjangan di Afghanistan sejak invasi Uni Soviet 1979. Area tersebut dihuni oleh petani Wakhi dan Kyrghyz, yang juga menjadi habitat macan tutul salju dan domba liar jenis Marco Polo.
Timmins mendengar kicauan khas datang dari burung olive coklat dengan paruh yang panjang sehingga dia langsung merekamnya.
Peserta peneliti musim panas WCS kembali ke area yang sama dan menggunakan alat perekam kicauan burung agar membuat yang lain keluar dan menangkap sebanyak 20 burung untuk diteliti.
WCS merupakan organisasi satu-satunya saat ini yang memimpin ilmuwan dalam kajian konservasi di Afghanistan.
Hal tersebut berdampak positif dengan pemberian kontribusi kepada balai konservasi lainnya dan sebagai bentuk kerjasama dengan pemerintah Afghanistan, selain membantu Afghanistan melindungi spesies hewan-hewannya dan larangan untuk memburu macan tutul salju, serigala, beruang coklat dan spesies lainnya.
Sumber : ANTARA News (Senin, 18 Januari 2010 20:30 WIB)