Seorang aktivis dari Avaaz.org berpakaian sebuah pohon,Bella Center selama Konferensi iklim Kopenhagen 2009, (15/12). (REUTERS/Bob Strong)
Brisbane (ANTARA News) - Australia menyambut baik dicapainya kesepakatan tentang inisiatif global baru pengurangan emisi akibat perusakan hutan (deforestasi) dan degradasi hutan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-15 Perubahan Iklim PBB (UNFCCC) di Kopenhagen, Denmark.
"Hari ini, dicapai satu kesepakatan tentang masalah deforestasi dan degradasi hutan. Ini bidang penting karena deforestasi menyumbang sekitar delapan belas persen emisi karbon dunia," kata Perdana Menteri Australia Kevin Rudd dalam pernyataan persnya dari Kopenhagen Kamis.
Dalam pernyataan pers yang transkripnya diperoleh ANTARA itu, PM Rudd mengatakan, Australia akan memberikan kontribusi sebesar 120 juta dolar untuk mendukung "inisiatif global baru tentang pengurangan emisi karbon akibat deforestasi dan degradasi hutan" senilai 3,5 miliar dolar ini.
Inisiatif baru dunia untuk menyelamatkan hutan yang program pendanaan jalur cepatnya berlangsung tiga tahun mulai 2010 itu membuktikan kuatnya kerja sama antara negara-negara maju dan negara-negara berkembang, termasuk kerja sama Australia dengan Indonesia dan Papua New Guinea.
Dalam bagian lain penjelasannya, PM Rudd menyinggung tentang sulitnya proses perundingan di UNFCCC Kopenhagen ini. "Kecil sekali kemajuan yang bisa dicapai hari ini namun kesepakatan masih mungkin dicapai jika setiap negara berusaha sekuat tenaga mendorong lahirnya kesepakatan," katanya.
Bagi Australia dan dunia, kesepakatan Kopenhagen sangat penting bagi masa depan generasi umat manusia. "Kepentingan nasional Australia akan terpenuhi dengan mengamankan tercapainya kesepakatan yang kuat di Kopenhagen," katanya.
PM Rudd memandang sama pentingnya aksi mengurangi polusi karbon dioksida di dalam negeri maupun dunia melalui hasil yang diharapkan dapat dicapai di pertemuan Kopenhagen bagi masa depan perekonomian dan lingkungan hidup Australia.
Berkaitan dengan UNFCCC Kopenhagen ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Komisi Eropa Jose Manuel Durao Barroso sepakat mendorong keluarnya hasil yang komprehensif pada KTT tersebut.
Indonesia berinisiatif mengurangi emisi 26 persen pada 2020. Presiden Yudhoyono mengharapkan inisiatif Indonesia itu bisa diikuti oleh negara berkembang lainnya.
UNFCCC Kopenhagen dihadiri para pemimpin dari 120 negara guna mencapai kesepakatan dalam mengurangi emisi karbon sebagai pemicu fenomena pemanasan global.
Sember: ANTARA News (Jumat, 18 Desember 2009 06:12 WIB)
Brisbane (ANTARA News) - Australia menyambut baik dicapainya kesepakatan tentang inisiatif global baru pengurangan emisi akibat perusakan hutan (deforestasi) dan degradasi hutan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-15 Perubahan Iklim PBB (UNFCCC) di Kopenhagen, Denmark.
"Hari ini, dicapai satu kesepakatan tentang masalah deforestasi dan degradasi hutan. Ini bidang penting karena deforestasi menyumbang sekitar delapan belas persen emisi karbon dunia," kata Perdana Menteri Australia Kevin Rudd dalam pernyataan persnya dari Kopenhagen Kamis.
Dalam pernyataan pers yang transkripnya diperoleh ANTARA itu, PM Rudd mengatakan, Australia akan memberikan kontribusi sebesar 120 juta dolar untuk mendukung "inisiatif global baru tentang pengurangan emisi karbon akibat deforestasi dan degradasi hutan" senilai 3,5 miliar dolar ini.
Inisiatif baru dunia untuk menyelamatkan hutan yang program pendanaan jalur cepatnya berlangsung tiga tahun mulai 2010 itu membuktikan kuatnya kerja sama antara negara-negara maju dan negara-negara berkembang, termasuk kerja sama Australia dengan Indonesia dan Papua New Guinea.
Dalam bagian lain penjelasannya, PM Rudd menyinggung tentang sulitnya proses perundingan di UNFCCC Kopenhagen ini. "Kecil sekali kemajuan yang bisa dicapai hari ini namun kesepakatan masih mungkin dicapai jika setiap negara berusaha sekuat tenaga mendorong lahirnya kesepakatan," katanya.
Bagi Australia dan dunia, kesepakatan Kopenhagen sangat penting bagi masa depan generasi umat manusia. "Kepentingan nasional Australia akan terpenuhi dengan mengamankan tercapainya kesepakatan yang kuat di Kopenhagen," katanya.
PM Rudd memandang sama pentingnya aksi mengurangi polusi karbon dioksida di dalam negeri maupun dunia melalui hasil yang diharapkan dapat dicapai di pertemuan Kopenhagen bagi masa depan perekonomian dan lingkungan hidup Australia.
Berkaitan dengan UNFCCC Kopenhagen ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Komisi Eropa Jose Manuel Durao Barroso sepakat mendorong keluarnya hasil yang komprehensif pada KTT tersebut.
Indonesia berinisiatif mengurangi emisi 26 persen pada 2020. Presiden Yudhoyono mengharapkan inisiatif Indonesia itu bisa diikuti oleh negara berkembang lainnya.
UNFCCC Kopenhagen dihadiri para pemimpin dari 120 negara guna mencapai kesepakatan dalam mengurangi emisi karbon sebagai pemicu fenomena pemanasan global.
Sember: ANTARA News (Jumat, 18 Desember 2009 06:12 WIB)