Jakarta, (ANTARA News) - Menteri Negara Riset dan Teknologi Suharna Surapranata menegaskan, bahwa kebijakan tentang rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) tidak akan dihentikan dan tetap dilanjutkan.
"Rencana PLTN harus tetap ada. Persiapan `blue print`-nya masih terus dilakukan," katanya di sela "Executive Meeting" Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) dan Pemegang Izin tentang Program Proteksi Radiasi dan Kamanan Sumber Radioaktif di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, saat ini pemerintah masih harus memilih siapa yang akan menjadi pengelola PLTN yang rencananya akan dibangun di Semenanjung Muria, Jepara, Jawa Tengah, apakah, pemerintah (BUMN) ataukah swasta.
"PLTN memerlukan investasi," kata mantan peneliti di Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) itu.
Dalam proses persiapan tersebut, pihaknya saat ini masih terus melatih dan mendidik sumber daya manusia di Batan dan Bapeten menjadi ahli-ahli nuklir yang handal seiring rencana pembangunan PLTN yang dijadwalkan pada 2010 dan operasional PLTN pada 2016.
Ia menyesalkan, sejak dirinya menjadi peneliti di Batan dan mengikuti program pendidikan tenaga nuklir di Universitas Indonesia pada tahun 1978, rencana pembangunan PLTN terus tertunda hingga saat ini, padahal kebutuhan listrik terus meningkat.
Sementara itu, Kepala Bapeten Dr As Natio Lasman membantah jika hambatan pembangunan PLTN adalah soal investasi karena untuk PLTN dengan kapasitas 1.000 MW dibutuhkan investasi sekitar Rp20 triliun, tidak jauh dari alokasi APBN untuk subsidi BBM yang juga mencapai puluhan triliun rupiah per tahun.
Ia juga membantah jika SDM Indonesia tidak siap, terbukti dari pujian yang diberikan pakar nuklir internasional terhadap reaktor riset nuklir Batan, selain itu inspeksi safeguard IAEA (Badan Energi Atom Internasional) terhadap reaktor riset nuklir Batan pun hasilnya sama dengan hasil inspeksi Bapeten.
Ketakutan masyarakat akan PLTN dengan berkaca pada tragedi Chernobyl, menurut dia, juga suatu yang tak pada tempatnya, karena kecelakaan Chernobyl terjadi akibat ulah manusia yang menjadikan reaktor keempat Chernobyl sebagai eksperimen.
"Apa lagi sekarang ini teknologi sudah semakin maju dan tipe reaktor Chernobyl sudah tak pernah lagi digunakan," katanya.
PLTN memenuhi 16 persen kebutuhan listrik dunia (438 unit) di 30 negara. Sebanyak 78 persen kebutuhan listrik Perancis dipenuhi dengan tenaga nuklir, bahkan Jepang yang merupakan kawasan gempa, 34 persen listriknya dipasok PLTN.
Sumber: ANTARA News (Kamis, 3 Desember 2009 14:47 WIB)
"Rencana PLTN harus tetap ada. Persiapan `blue print`-nya masih terus dilakukan," katanya di sela "Executive Meeting" Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) dan Pemegang Izin tentang Program Proteksi Radiasi dan Kamanan Sumber Radioaktif di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, saat ini pemerintah masih harus memilih siapa yang akan menjadi pengelola PLTN yang rencananya akan dibangun di Semenanjung Muria, Jepara, Jawa Tengah, apakah, pemerintah (BUMN) ataukah swasta.
"PLTN memerlukan investasi," kata mantan peneliti di Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) itu.
Dalam proses persiapan tersebut, pihaknya saat ini masih terus melatih dan mendidik sumber daya manusia di Batan dan Bapeten menjadi ahli-ahli nuklir yang handal seiring rencana pembangunan PLTN yang dijadwalkan pada 2010 dan operasional PLTN pada 2016.
Ia menyesalkan, sejak dirinya menjadi peneliti di Batan dan mengikuti program pendidikan tenaga nuklir di Universitas Indonesia pada tahun 1978, rencana pembangunan PLTN terus tertunda hingga saat ini, padahal kebutuhan listrik terus meningkat.
Sementara itu, Kepala Bapeten Dr As Natio Lasman membantah jika hambatan pembangunan PLTN adalah soal investasi karena untuk PLTN dengan kapasitas 1.000 MW dibutuhkan investasi sekitar Rp20 triliun, tidak jauh dari alokasi APBN untuk subsidi BBM yang juga mencapai puluhan triliun rupiah per tahun.
Ia juga membantah jika SDM Indonesia tidak siap, terbukti dari pujian yang diberikan pakar nuklir internasional terhadap reaktor riset nuklir Batan, selain itu inspeksi safeguard IAEA (Badan Energi Atom Internasional) terhadap reaktor riset nuklir Batan pun hasilnya sama dengan hasil inspeksi Bapeten.
Ketakutan masyarakat akan PLTN dengan berkaca pada tragedi Chernobyl, menurut dia, juga suatu yang tak pada tempatnya, karena kecelakaan Chernobyl terjadi akibat ulah manusia yang menjadikan reaktor keempat Chernobyl sebagai eksperimen.
"Apa lagi sekarang ini teknologi sudah semakin maju dan tipe reaktor Chernobyl sudah tak pernah lagi digunakan," katanya.
PLTN memenuhi 16 persen kebutuhan listrik dunia (438 unit) di 30 negara. Sebanyak 78 persen kebutuhan listrik Perancis dipenuhi dengan tenaga nuklir, bahkan Jepang yang merupakan kawasan gempa, 34 persen listriknya dipasok PLTN.
Sumber: ANTARA News (Kamis, 3 Desember 2009 14:47 WIB)