Sebuah helikopter menjatuhkan air di atas lahan gambut yang terbakar di Kabupaten Pelalawan, Riau, Kamis (23/7). (ANTARA/FB Anggoro)
Pekanbaru (ANTARA News) - Penggunaan bom air dari helikopter bantuan Departemen Kehutanan (Dephut) pada hari pertama operasi pemadaman kebakaran lahan dan hutan di Riau, Rabu, ternyata belum efektif untuk memadamkan api di lahan gambut.
Berdasarkan pantuan ANTARA yang ikut dalam operasi pemadaman, terdapat sejumlah kelemahan yang mengakibatkan penggunaan dua helikopter jenis NBO-105 milik Mabes Polri itu tidak optimal.
Tim pemadam ternyata hanya menggunakan satu helikopter untuk memadamkan kebakaran, sedangkan satu heli lainnya digunakan untuk memantau dan digunakan petugas dari Dephut untuk mencatat titik koordinat lokasi kebakaran menggunakan alat GPS.
Kelemahan lainnya adalah para pilot helikopter ternyata tidak dibekali informasi mengenai titik api yang akan dipadamkan, sehingga memakan waktu cukup lama untuk mencari lokasi kebakaran di lapangan.
Proses pemadaman akibatnya meleset dari lokasi yang ditentukan pada rencana awal yakni di sekitar Pekanbaru, yang akhirnya malah bergeser ke lokasi kebakaran di Kabupaten Pelalawan.
Bahkan, pilot helikopter sempat salah mengidentifikasi sebuah pabrik kelapa sawit yang disangka lokasi kebakaran lahan karena sama-sama terlihat dari jauh mengepulkan asap pekat ke udara.
Total waktu terbang helikopter sekitar 1,5 jam untuk memadamkan lahan gambut di daerah Kecamatan Langgam, Pelalawan, juga terlihat tidak optimal karena hanya menggunakan satu helikopter yang mengangkut sekitar 500 liter air.
Tercatat sebanyak tujuh kali helikopter menjatuhkan bom air dari udara, namun asap tetap mengepul dari lahan gambut yang terbakar.
Kelemahan tersebut juga diakui oleh Pembina di Direktorat Pengendalian Kebakaran dari Ditjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Dephut, Desman Pardede, usai operasi pemadaman.
"Terkadang data titik api yang terpantau di satelit belum tentu sama dengan kondisi di lapangan, sehingga kami perlu mencari lagi," katanya.
Ia juga mengatakan, operasi pemadaman kebakaran selanjutnya akan mengoptimalkan dua helikopter yang ada untuk mengangkut air.
"Kalau operasi ini tidak berhasil, kemungkinan bisa diperpanjang lagi," ujarnya.
Dua helikopter bantuan Dephut direncanakan akan membantu pemadaman kebakaran lahan dan hutan di Riau selama 10 hari. Desman Pardede mengatakan helikopter tersebut akan memadamkan kebakaran di Kabupaten Siak, Kota Dumai dan Pekanbaru.
Menurut Desman Pardede, dana operasional pemadaman kebakaran menggunakan helikopter ditanggung oleh Dephut yang biayanya mencapai Rp10 miliar.(*)
Sumber: ANTARA News (Rabu, 22 Juli 2009 18:46 WIB)