PAKAI MASKER: Murid-murid SDN 040 di Jalan Banda Aceh harus memakai masker di dalam ruang kelas karena kabut asap yang semakin tebal menyelimuti Kota Pekanbaru, Rabu (15/7/2009).(mirshal/riau pos)
PEKANBARU (RP) - Frekuensi kabut Asap yang semakin meningkat di Kota Pekanbaru dapat menimbulkan enam penyakit berbahaya. Penyakit tersebut diantaranya Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yang terdiri dari dua bagian yaitu ISPA Pneumonia dan ISPA Non Pneumonia, asma bronkial, iritasi mata, diare dan muntah-muntah.
Demikian diungkapkan kepala Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, Hamdan Skm kepada Riau Pos, (15/7) di rungannya Jalan Melur Pekanbaru.
Hamdan juga menjelaskan Pneumonia merupakan salah satu penyakit bagian dari ISPA, dimana Pnemuonia lebih sering disebut utuk penderita ISPA yang sudahparah atau akut dan lebih sering menyerang anak kecil atau bawah lima tahun (Balita) dengan gejala batuk yang berkepanjangan, sedangkan Ispa Nonpneomonia merupakan golongan ISPA yang tergolong tidak begitu akut, yang biasa menyerang penduduk yang sudah dewasa dan orang tua. Bagian ini lebih terkesan tidak begitu berbahaya karena manusia yang sudah dewasa memiliki kondisi tubuh yang jauh lebih fit dan daya tubuh yang kuat dibandingkan anak balita.
‘’ Ciri-ciri penderita ISPA yang dapat terlihat dari kemampuan bernafasnya yang relatif tidak teratur dan batuk yang terus menerus, jika menemukan seperti ciri-ciri tersebut hendaknya masyarakat segera memeriksakan ke Puskesmas atau Rumah Sakit terdapat agar segera ditangani,’’ jelasnya.
Diskes Berikan 6.000 Masker
Meningkatnya kabut asap beberapa hari belakangan ini, menimbulkan kekhawatiran karena dapat menimbulkan penyakit-penyakit seperti penyakit ISPA dan Asma. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Provinsi Riau memberikan 6.000 masker kepada masyarakat yang diberikan pada dua titik jalan, yaitu di depan Plaza Sukaramai Jalan jenderal Sudirman dan di depan Mal SKA Jalan Soekarno-Hatta, kemarin.
Kepala Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Pekanbaru Hamdan SKM menyebutkan, kegiatan ini dilakukan untuk mengajak masyarakat dan pengguna jalan raya untuk membudayakan hidup sehat dengan selalu memakai masker saat berkendara dalam kondisi kabut asap yang cukup tebal.
‘’Asap-asap tersebut berbahaya, karena di dalam asap tersebut terdapat partikel-partikel kecil, seperti debu, sampah dan partikel-partikel kecil lainnya yang dapat menimbulkan penyakit jika masuk kedalam tubuh,’’ ujarnya.
Udara Tak Sehat
Kemarin, angka di Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) menunjukkan 111. Itu menunjukkan bahwa kondisi udara tidak sehat. Apalagi parameternya yang paling tinggi adalah floating dust yaitu debu yang ditimbulkan dari kebakaran lahan dan hutan.
Menurut Kepala Laboratorium Udara Kota Pekanbaru Syahrial pada Riau Pos, memang keadaan udara saat ini selalu dipengaruhi oleh kabut asap karena secara umum semakin banyak titik api maka semakin kotor udara yang ada di suatu daerah.
‘’Pagi tadi (kemarin, red) mulai dari pukul 06.00 WIB angka di ISPU menunjukkan kenaikan. Kondisi udara berdasarkan ISPU memang tidak sehat karena menunjukkan angka 111 dengan titik parameter tertinggi adalah debu,’’ ujar Syahrial.
Sekolah Belum Diliburkan
Meski kabut asap di Kota Pekanbaru dua pekan terakhir ini semakin parah, bahkan saat sekarang kondisi udara menunjukkan tidak sehat, namun Dinas Pendidikan (Disdik) Pekanbaru belum mengambil kebijakan untuk meliburkan sekolah. Pasalnya pernyataan resmi dari Bapedalda dan Dinas Kesehatan (Diskes) terkait pencemaran udara di Pekanbaru belum ada.
‘’Jika ada pernyataan KLB (kejadian luar biasa, red) dari Diskes dan Bapedalda maka baru bisa menginstruksikan kepada pihak sekolah untuk libur,’’ ucap Kepala Disdik Kota Pekanbaru, H Yuzamri Yakub kepada Riau Pos, Rabu (15/7).
Untuk sekarang ini, kata Yuzamri, dirinya hanya menginstruksi kepada setiap sekolah agar mengurangi aktivitas di luar kelas. Jadi jika biasa ada apel pagi dan kegiatan ekstrakurikuler dan olahraga pada pagi hari untuk kondisi udara saat sekarang ini jangan dulu. ‘’Jadi banyakkan saja proses belajar dan mengajar di dalam kelas,’’ harapnya.
Imbauan Bappedalda
Menyikapi masalah kebakaran lahan dan hutan, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Kota Pekanbaru meminta para pemilik lahan bertanggungjawab terhadap kondisi lahannya, dengan senantiasa mengawasi lahan-lahan mereka.
‘’Sampai saat sekarang saya belum tahu pasti penyebab tingginya kasus kebakaran lahan tersebut. Kemungkinan karena musim panas, sehingga lahan-lahan kering milik masyarakat tersebut rawan menimbulkan kebakaran,’’ ujar Kepala Bapedalda Pekanbaru Dedi Gusriadi kepada Riau Pos, Rabu (15/7).
Dia menambahkan Bapedalda telah melakukan koordinasi dengan Dinas Pemadam Kebakaran untuk selalu mengantisipasi dengan menyiapkan armada dan petugas di lahan-lahan yang rawan terjadi kebakaran.
Saat dikonfirmasi mengenai langkah antisipasi, Dedi menambahkan dengan koordinasi yang baik antar seluruh masyarakat dengan dinas terkait diharapkan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kebakaran lahan.
‘’ Kebakaran lahan akhir-akhir ini tidak bisa terlalu dikaitkan dengan meningkatnya asap di Kota Pekanbaru, karena penyebaran asap tidak terlepas dari kondisi cuaca dan asap kiriman dari daerah luar,’’ jelasnya.(cr6/cr9/esi/)
Sumber: Harian Pagi Riau Pos (Kamis, 16 Juli 2009 , 07:55:00)
PEKANBARU (RP) - Frekuensi kabut Asap yang semakin meningkat di Kota Pekanbaru dapat menimbulkan enam penyakit berbahaya. Penyakit tersebut diantaranya Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yang terdiri dari dua bagian yaitu ISPA Pneumonia dan ISPA Non Pneumonia, asma bronkial, iritasi mata, diare dan muntah-muntah.
Demikian diungkapkan kepala Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, Hamdan Skm kepada Riau Pos, (15/7) di rungannya Jalan Melur Pekanbaru.
Hamdan juga menjelaskan Pneumonia merupakan salah satu penyakit bagian dari ISPA, dimana Pnemuonia lebih sering disebut utuk penderita ISPA yang sudahparah atau akut dan lebih sering menyerang anak kecil atau bawah lima tahun (Balita) dengan gejala batuk yang berkepanjangan, sedangkan Ispa Nonpneomonia merupakan golongan ISPA yang tergolong tidak begitu akut, yang biasa menyerang penduduk yang sudah dewasa dan orang tua. Bagian ini lebih terkesan tidak begitu berbahaya karena manusia yang sudah dewasa memiliki kondisi tubuh yang jauh lebih fit dan daya tubuh yang kuat dibandingkan anak balita.
‘’ Ciri-ciri penderita ISPA yang dapat terlihat dari kemampuan bernafasnya yang relatif tidak teratur dan batuk yang terus menerus, jika menemukan seperti ciri-ciri tersebut hendaknya masyarakat segera memeriksakan ke Puskesmas atau Rumah Sakit terdapat agar segera ditangani,’’ jelasnya.
Diskes Berikan 6.000 Masker
Meningkatnya kabut asap beberapa hari belakangan ini, menimbulkan kekhawatiran karena dapat menimbulkan penyakit-penyakit seperti penyakit ISPA dan Asma. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Provinsi Riau memberikan 6.000 masker kepada masyarakat yang diberikan pada dua titik jalan, yaitu di depan Plaza Sukaramai Jalan jenderal Sudirman dan di depan Mal SKA Jalan Soekarno-Hatta, kemarin.
Kepala Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Pekanbaru Hamdan SKM menyebutkan, kegiatan ini dilakukan untuk mengajak masyarakat dan pengguna jalan raya untuk membudayakan hidup sehat dengan selalu memakai masker saat berkendara dalam kondisi kabut asap yang cukup tebal.
‘’Asap-asap tersebut berbahaya, karena di dalam asap tersebut terdapat partikel-partikel kecil, seperti debu, sampah dan partikel-partikel kecil lainnya yang dapat menimbulkan penyakit jika masuk kedalam tubuh,’’ ujarnya.
Udara Tak Sehat
Kemarin, angka di Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) menunjukkan 111. Itu menunjukkan bahwa kondisi udara tidak sehat. Apalagi parameternya yang paling tinggi adalah floating dust yaitu debu yang ditimbulkan dari kebakaran lahan dan hutan.
Menurut Kepala Laboratorium Udara Kota Pekanbaru Syahrial pada Riau Pos, memang keadaan udara saat ini selalu dipengaruhi oleh kabut asap karena secara umum semakin banyak titik api maka semakin kotor udara yang ada di suatu daerah.
‘’Pagi tadi (kemarin, red) mulai dari pukul 06.00 WIB angka di ISPU menunjukkan kenaikan. Kondisi udara berdasarkan ISPU memang tidak sehat karena menunjukkan angka 111 dengan titik parameter tertinggi adalah debu,’’ ujar Syahrial.
Sekolah Belum Diliburkan
Meski kabut asap di Kota Pekanbaru dua pekan terakhir ini semakin parah, bahkan saat sekarang kondisi udara menunjukkan tidak sehat, namun Dinas Pendidikan (Disdik) Pekanbaru belum mengambil kebijakan untuk meliburkan sekolah. Pasalnya pernyataan resmi dari Bapedalda dan Dinas Kesehatan (Diskes) terkait pencemaran udara di Pekanbaru belum ada.
‘’Jika ada pernyataan KLB (kejadian luar biasa, red) dari Diskes dan Bapedalda maka baru bisa menginstruksikan kepada pihak sekolah untuk libur,’’ ucap Kepala Disdik Kota Pekanbaru, H Yuzamri Yakub kepada Riau Pos, Rabu (15/7).
Untuk sekarang ini, kata Yuzamri, dirinya hanya menginstruksi kepada setiap sekolah agar mengurangi aktivitas di luar kelas. Jadi jika biasa ada apel pagi dan kegiatan ekstrakurikuler dan olahraga pada pagi hari untuk kondisi udara saat sekarang ini jangan dulu. ‘’Jadi banyakkan saja proses belajar dan mengajar di dalam kelas,’’ harapnya.
Imbauan Bappedalda
Menyikapi masalah kebakaran lahan dan hutan, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Kota Pekanbaru meminta para pemilik lahan bertanggungjawab terhadap kondisi lahannya, dengan senantiasa mengawasi lahan-lahan mereka.
‘’Sampai saat sekarang saya belum tahu pasti penyebab tingginya kasus kebakaran lahan tersebut. Kemungkinan karena musim panas, sehingga lahan-lahan kering milik masyarakat tersebut rawan menimbulkan kebakaran,’’ ujar Kepala Bapedalda Pekanbaru Dedi Gusriadi kepada Riau Pos, Rabu (15/7).
Dia menambahkan Bapedalda telah melakukan koordinasi dengan Dinas Pemadam Kebakaran untuk selalu mengantisipasi dengan menyiapkan armada dan petugas di lahan-lahan yang rawan terjadi kebakaran.
Saat dikonfirmasi mengenai langkah antisipasi, Dedi menambahkan dengan koordinasi yang baik antar seluruh masyarakat dengan dinas terkait diharapkan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kebakaran lahan.
‘’ Kebakaran lahan akhir-akhir ini tidak bisa terlalu dikaitkan dengan meningkatnya asap di Kota Pekanbaru, karena penyebaran asap tidak terlepas dari kondisi cuaca dan asap kiriman dari daerah luar,’’ jelasnya.(cr6/cr9/esi/)
Sumber: Harian Pagi Riau Pos (Kamis, 16 Juli 2009 , 07:55:00)