PEKANBARU (RP) - Udara di Provinsi Riau belum menunjukkan tanda-tanda sehat, karena kegiatan pembakaran hutan dan lahan (Karhutla) masih terus terjadi. Sempat menurun temuan titik api pada beberapa waktu lalu, namun kini berdasarkan monitoring satelit National Oceanic and Atmospheric Administration (NOOA) 18, Sabtu (11/7) kembali terjadi peningkatan jumlah titik api sebanyak 38 titik.
Dari peristiwa ini, kondisi kabut bercampur asap membuat keadaan suhu dan cuaca di Riau semakin parah. ditambah dengan minimnya curah hujan untuk beberapa hari ke depan.
Hal ini dikatakan, Staf analisa Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Warih Budi Lestari, peristiwa ini terjadi karena asap yang ada dipermukaan naik, sehingga awan mengendap oleh uap air yang ada di atmosfer, maka ini penyebab semakin buruk keadaan.
Kondisi ini juga sangat dipengaruhi oleh sifat angin yang kering, dan rata-rata bertiup dari arah tenggara sampai barat daya. ‘’Kabut disertai asap yang terjadi melalui hasil penguapan yang terjadi dalam skala besar, karena penguapan ini tidak jadi membentuk hujan. Dan bisa jadi karena faktor kelembaban (RH) kurang, dan angin yang bertiup kencang, sehingga pagi udara yang turun ke permukaan berkabut asap, dan tidak jarang membuat sesak dan pedih di mata,’’ katanya kepada Riau Pos, Ahad (12/7) di ruang kerjanya. Disebutkan juga, daerah Riau ini, memang sering terjadi kabut asap yang parah namun penanggulangannya belum bisa maksimal. Terlihat dari Karhutla yang masih saja terjadi.
Dari 38 temuan titik api yang muncul pada Sabtu lalu, di Riau masing-masing berasal dari Rokan Hulu 10 titik, Siak 10 titik, Rokan Hilir lima titik, Bengkalis lima titik, Kampar dua titik, Kuansing dua titik, Dumai dua titik api, Pelalawan dan Indragiri Hulu masing-masing terdapat satu titik.(cr1)
Sumber: Harian Pagi Riau Pos (Senin, 13 Juli 2009 , 08:50:00)
Dari peristiwa ini, kondisi kabut bercampur asap membuat keadaan suhu dan cuaca di Riau semakin parah. ditambah dengan minimnya curah hujan untuk beberapa hari ke depan.
Hal ini dikatakan, Staf analisa Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Warih Budi Lestari, peristiwa ini terjadi karena asap yang ada dipermukaan naik, sehingga awan mengendap oleh uap air yang ada di atmosfer, maka ini penyebab semakin buruk keadaan.
Kondisi ini juga sangat dipengaruhi oleh sifat angin yang kering, dan rata-rata bertiup dari arah tenggara sampai barat daya. ‘’Kabut disertai asap yang terjadi melalui hasil penguapan yang terjadi dalam skala besar, karena penguapan ini tidak jadi membentuk hujan. Dan bisa jadi karena faktor kelembaban (RH) kurang, dan angin yang bertiup kencang, sehingga pagi udara yang turun ke permukaan berkabut asap, dan tidak jarang membuat sesak dan pedih di mata,’’ katanya kepada Riau Pos, Ahad (12/7) di ruang kerjanya. Disebutkan juga, daerah Riau ini, memang sering terjadi kabut asap yang parah namun penanggulangannya belum bisa maksimal. Terlihat dari Karhutla yang masih saja terjadi.
Dari 38 temuan titik api yang muncul pada Sabtu lalu, di Riau masing-masing berasal dari Rokan Hulu 10 titik, Siak 10 titik, Rokan Hilir lima titik, Bengkalis lima titik, Kampar dua titik, Kuansing dua titik, Dumai dua titik api, Pelalawan dan Indragiri Hulu masing-masing terdapat satu titik.(cr1)
Sumber: Harian Pagi Riau Pos (Senin, 13 Juli 2009 , 08:50:00)