KRATIE, KOMPAS.com — Para aktivis pelestarian lingkungan memperingatkan bahwa lumba-lumba Irawadi, salah satu mamalia langka dunia, di ambang kepunahan.
Lumba-lumba Irawadi Sungai Mekong hanya ditemukan di Kamboja dan Laos.
Badan konservasi alam dunia (WWF) mengatakan, hanya sekitar 70 lumba-lumba jenis itu yang tersisa dan binatang ini akan punah jika tidak ada tindakan untuk menyelamatkannya. Populasi lumba-lumba ini semakin turun dalam beberapa tahun dan laporan WWF ini adalah peringatan nyata bahwa kelangsungan hidup mereka sangat terancam.
Saat ini hanya beberapa lusin lumba-lumba yang tersisa, kebanyakan berkumpul di perputaran Sungai Mekong di kota Kratie, Kamboja. Namun, populasi lumba-lumba di kawasan ini juga dalam keadaan kritis. Yang paling mengkhawatirkan dua pertiga kematian dalam beberapa tahun belakangan melanda bayi lumba-lumba. Jika yang muda tidak selamat maka spesies ini tidak memiliki masa depan.
Namun juga terdapat kemajuan. Untuk pertama kalinya, para pegiat pelestarian alam berhasil mengetahui penyebab kematian lumba-lumba. Hasil otopsi mengungkapkan keberadaan bahan kimia racun termasuk PCB, merkuri, dan pestisida DDT. WWF menyatakan, bahan kimia berbahaya itu telah menekan sistem kekebalan lumba-lumba dan melemahkan pertahanan mereka melawan infeksi yang tidak biasanya berakibat fatal.
Sepertinya lumba-lumba yang masih bertahan bergantung pada kebersihan habitatnya. Namun para pegiat mengumumkan hal itu sangat sulit sehingga mereka merekomendasikan program pembiakan penangkaran dan pembiakan silang dengan jenis lumba-lumba air tawar lain untuk memperkuat gen spesies ini.
ONO
Sumber : BBC
Lumba-lumba Irawadi Sungai Mekong hanya ditemukan di Kamboja dan Laos.
Badan konservasi alam dunia (WWF) mengatakan, hanya sekitar 70 lumba-lumba jenis itu yang tersisa dan binatang ini akan punah jika tidak ada tindakan untuk menyelamatkannya. Populasi lumba-lumba ini semakin turun dalam beberapa tahun dan laporan WWF ini adalah peringatan nyata bahwa kelangsungan hidup mereka sangat terancam.
Saat ini hanya beberapa lusin lumba-lumba yang tersisa, kebanyakan berkumpul di perputaran Sungai Mekong di kota Kratie, Kamboja. Namun, populasi lumba-lumba di kawasan ini juga dalam keadaan kritis. Yang paling mengkhawatirkan dua pertiga kematian dalam beberapa tahun belakangan melanda bayi lumba-lumba. Jika yang muda tidak selamat maka spesies ini tidak memiliki masa depan.
Namun juga terdapat kemajuan. Untuk pertama kalinya, para pegiat pelestarian alam berhasil mengetahui penyebab kematian lumba-lumba. Hasil otopsi mengungkapkan keberadaan bahan kimia racun termasuk PCB, merkuri, dan pestisida DDT. WWF menyatakan, bahan kimia berbahaya itu telah menekan sistem kekebalan lumba-lumba dan melemahkan pertahanan mereka melawan infeksi yang tidak biasanya berakibat fatal.
Sepertinya lumba-lumba yang masih bertahan bergantung pada kebersihan habitatnya. Namun para pegiat mengumumkan hal itu sangat sulit sehingga mereka merekomendasikan program pembiakan penangkaran dan pembiakan silang dengan jenis lumba-lumba air tawar lain untuk memperkuat gen spesies ini.
ONO
Sumber : BBC