Pekanbaru (ANTARA News) - Pembabatan hutan dan pembangunan kanal-kanal yang dilakukan PT Sumatra Riang Lestari (SRL) di Pulau Rangsang, Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau, bakal merendamkan pulau terluar Indonesia-Malaysia itu karena saat ini kawasan perkampungan dan kebun terendam banjir.
Tokoh masyarakat Kepulauan Meranti yang bermukim di Pulau Rangsang, Mahidin ketika dihubungi di Tangjung Samak, Kecamatan Rangsang, Selasa, mengatakan, lokasi areal hutan alam yang dibuka perusahaan tersebut berada di Desa Sungai Gayun.
"Hingga kini areal permukiman warga, jalan antar desa dan lokasi kebun masyarakat tergenang air laut akibat pembukaan hutan dan kanal-kanal yang dilakukan perusahaan tersebut," katanya.
Mahidin menjelaskan, sebelum perusahaan beroperasi masyarakat di daerah itu telah menolak keberadaan perusahaan tanaman industri itu karena pulau tersebut saat ini mengalami abrasi dan terdiri atas lahan gambut yang dalam.
Namun, lanjut dia, perusahaan berdalih mendapat rekomendasi dari Gubernur Riau dan Bupati Bengkalis sebelum Kabupaten Kepulauan Meranti terbentuk. Penebangan hutan alam dilakukan dan perusahaan juga membangun kanal-kanal untuk memudahkan angkutan kayu.
"Kami telah menolak tapi perusahaan ini degil padahal mereka tidak punya izin untuk menebang kayu dan mengangkut kayu keluar kawasan bahkan dokumen Amdal pun mereka tidak punya," ujar Mahidin.
Ia menambahkan, perusahaan mengakui mereka belum punya izin tebang serta izin angkut kayu dari Menteri Kehutanan begitu juga dokumen Amdal tapi mereka berdalih memiliki rekomendasi dari Gubernur Riau dan Bupati Bengkalis.
Menurut Mahidin, masyarakat lima desa di daerah itu telah mendatangi lokasi minta pekerjaan perusahaan menebang kayu dan membuka kanal dihentikan, namun pihak perusahan tak peduli.
"Kami datang mereka berhenti bekerja. Tapi begitu kami balik mereka mulai bekerja menghancurkan hutan," ungkap Mahidin.
Akibat dari pembukaan hutan alam itu jalan desa, jalan penghubung antar desa, kebun karet, kebun kelapa, kebun coklat, ladang sayur serta permukiman masyarakat di Sungai Gayun terendam banjir dan tidak pernah lagi kering sejak perusahaan membuka areal hutan dua bulan lalu.
Mahidin mengungkapkan telah menyampaikan protes ke Pemerintah Kabupaten Bengkalis melalui Dinas Kehutanan Bengkalis, tetapi pihak kehutanan beralasan bukan urusannya lagi karena Pulau Rangsang telah menjadi bagian Kabupaten Kepulauan Meranti bukan lagi wilayah Kabupaten Bengkalis.
"Pejabat di Bengkalis yang memberikan rekomendasi buang badan. Entah apa yang ada di benak mereka mengizinkan pulau yang sebagian tanahnya habis karena abrasi untuk dijadikan hutan tanaman industri. Pejabat di Riau ini tidak memikirkan masyarakat," kata Mahidin.
Ia mengatakan, bersama masyarakat serta LSM peduli lingkungan di daerah itu sedang menyusun rencana untuk menggugat perusahaan dan pemerintah karena jika didiamkan saja maka pulau berpenduduk 60.000 jiwa itu benar-benar tenggelam.
Pulau Rangsang yang merupakan kawasan rawa-rawa gambut ini lokasinya berhadapan dengan selat Melaka dan merupakan pulau terluar Indonesia-Malaysia. Kawasan pulau yang berada di pinggir selat Melaka tiap tahun rontok ke laut karena hantaman gelombang laut. (*)
Sumber: ANTARA News (Selasa, 16 Juni 2009 13:10 WIB)