(REUTERS/Cheryl Ravelo.) Jakarta (ANTARA News) - Departemen Kesehatan (Depkes) RI bekerja sama dengan Kedutaan Besar Perancis dan Organisasi Kesehatan Dunia (World Helath Organization/WHO) sepakat mengantisipasi dampak perubahan iklim terhadap kesehatan.
Direktur Penyehatan Lingkungan Depkes, Wan Alkadari, di Jakarta, Selasa, mengatakan, dampak perubahan iklim terhadap kesehatan biasanya diukur dengan kesakitan, kematian dan kecacatan.
"Dampak perubahan iklim secara langsung bisa mengakibatkan banjir, longsor dan lainnya, sedangkan tidak langsung mengakibatkan penambahan beban dikaitkan dengan naiknya temperatur udara," katanya di acara seminar regional tentang dampak perubahan iklim terhadap kesehatan.
Menurut dia, meningkatnya temperatur bisa menyebabkan tubuh tidak bisa beradaptasi, khususnya bagi orang yang punya penyakit jantung atau orang tua.
"Ini akan menambah berat beban mereka," ujarnya.
Selain itu, kata dia, dikaitkan dengan pola hujan yang bisa menyebabkan banjir dan longsor, bisa juga menyebabkan perkembangbiakan vektor seperti nyamuk yang bertambah banyak sehingga kemungkinan menggigit orang semakin banyak.
"Vektor ini juga berpindah yang tadinya pada suhu sekian, tapi kalau suhu dingin tidak mau. Sekarang di pegunungan sudah meningkat," katanya.
Sementara itu, Wakil Dubes Kedutaan Perancis, Jeran Yves Roux, mengatakan, dampak perubahan iklim terhadap kesehatan masyarakat sudah dibuktikan secara ilmiah, meski fonemena ini cakupannya global akibat yang ditimbulkannya tidak sama di semua daerah.
"Efek dari perubahan iklim ini akan lebih terasa khususnya di negara berkembang," ujarnya.
Masyarakat internasional, lanjut dia, meminta melalui resolusi Dewan Kesehatan Dunia pada bulan Mei 2008 agar pemerintah di seluruh dunia menyadari efek perubahan iklim terhadap kesehatan dan WHO dapat membantu negara-negara yang paling rawan untuk menghadapi dampaknya. (*)
Sumber: ANTARA News (Selasa, 16 Juni 2009 15:03 WIB)