Matinya gajah milik PT IKPP untuk kali ke-2, perusahaan industry kehutanan itu dianggap lalai dalam memelihara gajah.
Riauterkini-PEKANBARU- Koordinator Tim Flying Squad WWF Riau, Syamsuardi kepada Riauterkini Senin (15/6/09) menilai bahwa kematian gajah milik PT IKPP menunjukkan bahwa perusahaan tidak benar-benar mengontrol gajah-gajah yang ‘dititipkan’ pemeliharaannya oleh negara pada perusahaan tersebut.
Menurutnya, dengan kematian gajah (Tong Lee) tersebut, berarti merupakan kali kedua gajah milik IKPP yang mati. Sebelumnya gajah jantan milik IKPP lainnya pada 23 Desember 2008 lalu juga mati.
“Untuk kali kedua, gajah milik IKPP mati. Yang pertama kematian gajah mereka terjadi pada tanggal 23 Desember 2008 lalu. Kedua pada pekan lalu. Kini, dari 9 gajah yang dipelihara IKPP tersisa 7 ekor gajah lagi. Diharapkan IKPP lebih memperhatikan gajah-gajah milik mereka,” terangnya.
Ijin Pelihara Gajah IKPP Direkomendasikan Dicabut
Disinggung mengenai siapa yang bertanggung jawab mengenai kematian gajah milik PT IKPP, ditempat terpisah Koordinator Tim Perburuan Satwa Liar WWF Riau, Osmantri mengatakan bahwa secara hukum, gajah liar maupun gajah yang dipelihara oleh lembaga tertentu statusnya sama.
Namun demikian, ijin wewenang memelihara gajah yang diberikan kepada lembaga tertentu menjadi penentu siapa yang paling bertanggung jawab dengan kematian gajah. Termasuk sanksinya.
“Dalam kasus matinya gajah milik PT IKPP, tidak bisa melulu pihak perusahaan dipersalahkan. Pasalnya, ijin pelihara gajah yang dikeluarkan pemerintah juga perlu mendapatka pertimbangan dalam tanggung jawan matinya gajah tersebut. Yang perlu dilakukan adalah melihat klausul yang ada dalam perjanjian IKPP-BKSDA terkait ijin yang memelihara gajah diberikan. Jika dalam klausul tersebut PT IKPP tidak menjalankan metode pemeliharaan seperti yang disepakati, bisa saja ijin pelihara gajah mereka dicabut. Jadi tergantung klausul dalam perijinan dalam menentukan sanksi,” terangnya.***(H-we)
Sumber: Riau Terkini (Senin, 15 Juni 2009 19:01)