2009-06-08

Bisa Picu Kanker Kulit

Dampak bagi Kesehatan
Bisa Picu Kanker Kulit

COBALAH jalan-jalan saat siang di Pekanbaru saat ini. Apa yang terasa? Satu yang pasti, panas menyengat.Menurut BMG Pekanbaru, suhu udara di Pekanbaru memang sudah melewati batas normal, yaitu mencapai 35,9 derajat Celsius. Ini terjadi pada Mei lalu.

Namun, suhu udara sekarang ini juga terbilang sangat menyegat. Bagaimanakah pengaruhnya terhadap kesehatan? Menurut Dr Dian Sri H SpKK dari RS Awal Bros, Pekanbaru, sinar matahari dalam hal ini sinar ultraviolet (UV) A dan B memang berbahaya karena yang bisa menembus lapisan ozon dan masuk ke atmosfer bumi.
Sinar inilah yang dapat merusak jaringan kulit dan memunculkan efek negatif.

Pengaruh buruk UV ini terbagi dalam dua jenis yaitu efek jangka pendek dan jangka panjang. Efek jangka pendek antara lain bisa menyebabkan reaksi pada kulit seperti kulit terbakar (sunburn) yang dicirikan dengan kulit memerah. Menurut Dian, selain itu juga bisa menyebabkan kulit bengkak, memunculkan rasa nyeri pada kulit, atau lebih parahnya bisa membuat kulit melepuh seperti orang terkena cacar air. Efek jangka pendek ini bisa terjadi dalam jangka pendek, antara satu jam sampai dengan satu hari.

Namun, kata Dian, yang perlu dikhawatirkan lagi adalah pengaruh jangka panjangnya.
Jika kulit seseorang terpapar sinar matahari terus-menerus maka bisa menyebabkan reaksi penuaan dini atau munculnya flek-flek pada kulit. Selanjutnya bisa juga memicu munculnya sel prekanker, muncul benjolan pada kulit yang besarnya bervariasi.

Jika tidak ditangani atau terpapar lebih lama maka sel itu dapat berkembang menjadi sel kanker kulit yang ganas. Benjolan-benjolan atau flek pada kulit bisa berkembang menjadi tumor jinak bahkan kanker kulit. Khususnya pada orang yang banyak bekerja di bawah terik matahari atau sering berjemur di pantai.

Tidak heran bila bintik awal kanker kulit timbul di bagian tubuh yang terbuka seperti wajah, kepala, tangan dan bagian yang banyak terpapar sinar matahari.
Dian mengungkapkan, sebuah penelitian tentang paparan sinar UV ini apabila tubuh atau kulit seseorang terpapar sinar matahari secara terus-menerus (menahun) selama 18 tahun, maka akan menyebabkan tumbuhnya sel-sel kanker kulit. Karena itulah sinar UV yang berbahaya ini harus dihindari.

Sebagai langkah antisipasi terhadap pengaruh buruk sinar UV, sebaiknya menggunakan tabir surya saat melakukan kegiatan di bawah terik matahari. "Tabir surya ada dua jenis yakni tabir surya fisik dan tabir surya kimiawi," ujar Dian.
Tabir surya fisik di antaranya adalah pakaian (baju lengan panjang atau celana panjang), payung, atau topi. Penggunaan tabir surya fisik ini lebih aman digunakan dan tidak memberi efek pada kulit. Atau dengan kata lain dilakukan dengan menghindari paparan sinar matahari secara langsung.

Yang kedua adalah tabir surya kimiawi yakni bisa berupa salep atau krim yang memiliki kandungan bahan yang bisa menghambat pengaruh sinar UV. Penggunaan tabir surya kimiawi ini penting bagi orang yang sering beraktivitas di luar ruangan, baik itu laki-laki atau pun perempuan karena tidak ada beda pengaruhnya. Krim atau salep ini juga bisa digunakan bagi anak-anak di atas usia dua tahun. Data WHO
Badan Kesehatan Dunia, WHO, melansir data yang cukup mengagetkan akibat suhu panas yang meningkat tajam di bumi.

Suhu naik karena bumi menyerap lebih banyak energi matahari, daripada yang dilepas kembali ke atmosfer (ruang angkasa), sehingga sinar matahari terperangkap yang menyebabkan terjadinya peningkatan emisi gas.Lapisan ozon yang mengurangi panas matahari bocor karena polusi industri, kendaraan bermotor, dan kerusakan hutan. Lazim disebut efek rumah kaca.

Lihatlah fakta-fakta berikut ini. Akibat suhu panas, tercatat ada 35 berbagai penyakit infeksi baru dan penyakit parasit baru, terutama di wilayah yang mengalami kekeringan dan banjir. Lalu karena musim penyerbukan menjadi lebih lama sehingga meningkatkan risiko munculnya penyakit yang ditimbulkan oleh kutu di wilayah Eropa Utara.

Di Amerika Utara, Eropa, dan Asia, peyakit baru yang teridentifikasi adalah lyme, yang disebabkan oleh semacam bakteri di Amerika Utara, Eropa, dan Asia.
Nyamuk semakin berkembang biak terutama di Afrika dan Asia. Dua penyakit serius akibat gigitan nyamuk, yaitu malaria dan demam berdarah dengue, sangat sensitif terhadap perubahan iklim. Di Indonesia sudah sangat terasa dengan tingginya angka korban yang menderita demam berdarah.

Penyakit yang menyerang saluran pernapasan karena jumlah materi dan debu di udara meningkat. Begitu pula penyakit alergi semakin meningkat. Wabah kolera dan malaria di negara miskin kian meningkat.

Yang sangat terasa adalah korban tewas akibat cuaca sudah sangat banyak. Umumnya terjadi di daratan yang mengenal empat musim. Namun pernah pula terjadi di India.
Korban massal pertama akibat suhu panas terjadi di musim panas pada 1972.
Sedikitnya 900 orang tewas setelah New York dan wilauh selatan AS terserang gelombang panas selama 16 hari.

Kemudian pada 1988, sebanyak 17 ribu orang tewas tewas saat suhu panas melanda wilayah selatan AS. Suhu rata-rata saat itu mencapai 40 derajat Celsius.
India, termasuk salah negara tropis juga pernah diserang gelombang panas pada tahun 2002 yang menewaskan 1.000 orang.

Namun, yang paling fenomenal adalah gelombang panas yang menghantan Eropa pada Juli-Agustus 2003. Sebanyak 52 ribu orang tewas karena tak tahan dengan suhu panas. Yang terbaru, Februari 2009, suhu panas di Australia selatan, menewaskan 30-an orang dan menyebabkan kebakaran hebat. Suhu mencapai 40 derajat Celsius, tertinggi dalam 100 tahun di sana.

Riau, meski merupakan bagian kecil dari dunia, turut menyumbang suhu bumi yang makin panas. Riau tercatat sebagai provinsi yang tertinggi kerusakan hutannya di Indonesia. Masalah ini menjadi sangat serius karena menurut penelitian, diperkirakan pada tahun 2100, suhu bumi naik sampai 5,2 derajat Celsius.

Studi yang disiarkan di Journal of Climate American Meteorogical Society's menyatakan, perbedaan dalam proyeksi itu ditimbulkan contoh ekonomi yang meningkat dan data ekonomi yang lebih baru dibandingkan dengan skenario sebelumnya. "Peringatan sebelumnya mengenai perubahan iklim juga mungkin telah diselimuti dampak pendinginan global berbagai gunung berapi abad XX dan oleh buangan jelaga, yang dapat menambah pemanasan," kata para ilmuwan tersebut dalam satu pernyataan.

Studi ini disiarkan saat Presiden AS Barack Obama mengumumkan rencana menetapkan standar buangan nasional bagi mobil dan truk, guna mengurangi polusi pemanasan global. Serta pembuatan rancangan yang menetapkan sistem perdagangan gas untuk memangkas gas rumah kaca, yang dibahas di Komite Perdagangan dan Energi Senat.
Dalam rentang waktu yang lama, efek suhu panas berakibat pada perubahan tinggi air mengakibatkan persediaan air bersih menurun.

Dampak jangka panjang lainnya adalah daerah yang semula kaya raya seperti Riau bisa miskin karena hutan terus digerus oleh segelintir orang kaya.(ans/hr)


Sumber: Tribun Pekanbaru (Sabtu, 6 Juni 2009 | 01:23 WIB)
Privacy Policy - KELOMPOK PEDULI ALAM DJEMARI PEKANBARU (Riau) Copyright @ 2011 - Theme by djemari.org