2009-06-02

Kemarau Panjang di Rokan Hulu Kabut Asap Tebal, Sungai dan Sumur pun Kering

MULAI KERING: Sungai Rokan mulai kering sepanjang kemarau melanda Rohul, Ahad (31/5/2009).(harjono/riau pos)
Laporan HARJONO, Pasirpengaraian harjono@riaupos.com

Akibat kemarau yang hampir dua bulan, beberapa sungai kecil dan sumur rumah warga mulai mulai kering. Bahkan, beberapa aliran sungai yang selama ini sering dimanfaatkan masyarakat untuk mandi cuci kakus (MCK) juga mengalami pendangkalan hingga mencapai 50 sentimeter.

SELAIN ini, asap di hampir semua kawasan di Rohul mulai tampak menyelimuti udara. Bahkan pada pagi hari, jarak pandang mulai tidak normal karena di Rohul juga terdapat puluhan titik api (hotspot). Kabut asap tebal mulai terlihat sejak Jumat (29/5) hingga Ahad (31/5).

Dari pantauan Riau Pos di beberapa lokasi, Ahad (31/5), kabut asap kian tebal menyelimuti hampir seluruh wilayah Rohul. Namun jarak pandang kendaraan di jalan raya, belum terlalu berpengaruh. ‘’Kita memang sudah melihat kabut asap menyelimuti Rohul, tetapi sejauh ini belum menganggu aktivitas kendaraan di jalan raya. Apalagi jarak pandang saat mengemudi juga masih batas normal,’’ ujar Herman, salah seorang warga Pasirpengaraian.

Berdasarkan data Badan Lingkungan Hidup (BLH) Riau yang dihimpun BLH Rohul dari Satelit NOOA 18 pada 27 Mei 2009, terdeteksi enam titik api di Rohul. Kepala Sub Bidang (Kasubid) Pemulihan pada Bidang Pemulihan dan Pelestarian Badan Lingkungan Hidup (BLH) Rohul Hanafi beberapa waktu lalu mengatakan, kabut asap yang menyelimuti Rohul belum menunjukan pada titik membahayakan. Pada 20 hingga 25 Mei 2009, ditemukan 28 titik api di beberapa kecamatan di Rohul yang diduga akibat adanya pembakaran di Areal Peruntukan Lain (APL). Padahal pada 5 hingga 19 Mei 2009 hanya delapan titik api.


Untuk itu, BLH Rohul masih meminta data ke BLH Riau untuk mengetahui titik api di Rohul. Karena, saat ini laptop khusus yang memiliki program pemantauan titik api ke satelit NOAA 18 satu programnya belum terpasang karena beberapa waktu lalu sempat rusak. Upaya menanggulangi Karhutla, pihak BLH Rohul sudah mulai melakukan sosilisasi penanggulangan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Pada tahap awal dilaksanakan di Desa Rantau Kasai Kecamatan Tambusai Utara, karena kawasan ini salah satu lokasi rawan Karhutla.


Sedangkan akibat tidak tidak turun hujan, sejumlah sungai di Rohul airnya sudah mulai surut. Seperti Sungai Batang Lubuh, kini kedalaman airnya hanya tinggal sepinggang anak-anak remaja. Bahkan di tengah sungai, sudah terlihat dasar pasir dan batu yang menjadi endapan aliran sungai. Demikian juga dengan kawasan bendungan Irigasi Cipogas Desa Sialang Jaya, Rambah, yang kini juga mulai surut. Bahkan sejumlah masyarakat Desa Sialang jaya, kini mulai ramai-ramai melakukan MCK di kawasan irigasi tersebut. ‘’Biasanya, bila sumur masyarakat sudah mulai surut mereka memanfaatkan air Irigasi Cipogas untuk kegiatan MCK. Itu sudah sering dilakukan masyarakat, bahkan sudah menjadi kebiasaan bila kemarau panjang terjadi,’’ kata Amadi.


Sama halnya dengan Sungai Rokan yang megalir mulai dari Kecamatan Rokan IV Koto, Ujung Batu, Pagaran Tapah, Kunto Darussalam, dan Bonai Darussalam hingga ke Kabupaten Rokan Hilir. Air sungai tersebut jauh berkurang dari hari sebelumnya. Meski demikian, masyarakat masih bisa memnafaatkan air yang ada untuk MCK.


Kebanyakan masyarakat yang tinggal di pinggir aliran sungai terbesar di Rohul tersebut memang memanfaatkan aliran sungau guna untuk kebutuhan MCK. Namun belakangan ini, masyarakat yang memanfaatkan itu bertambah banyak. ‘’Saya harus bawa keluarga mandi ke sini (Sungai Rokan) karena air sumur di rumah sudah kering,’’ kata Ima (30) salah seorang warga RK Harapan Ujung Batu.***


Sumber: Harian Pagi Riau Pos
(Senin, 01 Juni 2009 , 07:59:00)
Privacy Policy - KELOMPOK PEDULI ALAM DJEMARI PEKANBARU (Riau) Copyright @ 2011 - Theme by djemari.org