Jarak Pandang 800 Meter di SSK II, 200 Meter di Pinang Kampai
Asap Tebal Ganggu Penerbangan di Riau
GANGGU PENERBANGAN: Kabut asap tebal kembali menyelimuti langit Kota Pekanbaru dan beberapa kabupaten/kota lain di Provinsi Riau beberapa hari terakhir. Kondisi itu bahkan mulai mengganggu penerbangan di Bandara SSK II, Pekanbaru, Selasa (19/5/2009). (**/said mufti/riau pos)
PEKANBARU (RP) - Ancaman kabut asap kembali melanda Provinsi Riau. Sebanyak 48 hot spot telah terpantau satelit NOAA 18. Kondisi tersebut bahkan mulai mengganggu penerbangan, Selasa (19/5), di Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru dan Bandara Pinang Kampai Dumai.
Kemarin, otoritas Bandara SSK II terpaksa menutup bandara selama lebih kurang 1,5 jam karena jarak pandang hanya berkisar 800 meter. Kondisi ini menjadikan dua penerbangan terpaksa ditun¬da (delay) lebih kurang 30 menit.
Dua penerbangan yang mengalami penundaan tersebut adalah Lion Air dengan nomor penerbangan 393 yang membawa 144 penumpang dan pesawat Mandala Airlines 073 yang membawa 155 penumpang. Seharusnya kedua pesawat ini take off pukul 7.00 WIB.
Di Dumai, penutupan juga dilakukan atas Bandara Pinang Kampai. Kondisi ini menjadikan pesawat Pelita Air jenis Foker 100 yang dikontrak PT Chevron dan dijadwalkan tiba pukul 08.00 WIB, baru bisa mendarat pukul 11.00 WIB. Ini akibat jarak pandang yang sempat mencapai 200 meter sehingga otoritas Bandara menyarankan agar pesawat tersebut menunda keberangkatannya ke Kota Dumai hingga cuaca benar-benar memungkinkan.
Tebalnya kabut asap di Kota Pekanbaru terjadi sejak pukul 06.00 WIB. Saat itu jarak pandang hanya 800 atau meter yang masih di bawah standar aman penerbangan 1.000 meter. ‘’Ya, kabut asap menjadikan dua penerbangan ditunda keberang¬katannya karena jarak pandang hanya 800 meter tak sesuai dengan standar aman penerbangan, 1.000 meter. Ini terlalu bahaya bagi penerbangan dan keselamatan penumpang. Jika dipaksakan bisa fatal,’’ ujar Air Port Duty Manager Bandara SSK II Pekanbaru, Ibnu Hasan, kepada Riau Pos, kemarin.
Menurut Ibnu, kondisi aman dan tidak aman untuk penerbangan tersebut diketahui dari Air Traffic Control (ATC) atau pemandu lalu lintas udara. Selain itu, mereka juga melakukan koordinasi dengan BMKG Pekanbaru soal jarak pandang yang aman dan tidak.‘’Ini prosedur yang sudah difahami oleh maskapai yang ada di SSK II ini. Akan ada sanksi jika dilanggar,’’ terang Ibnu Hasan.
Sementara operator Pelita Air, Wahyu mengatakan, kondisi cuaca di Kota Dumai pada pukul 7.00 WIB sangat berkabut. Jarak pandang bahkan mencapai 200 meter dan baru mencapai 300 meter hingga pukul 8.00 WIB. Pada pukul 9.00 WIB jarak pandang baru mencapai 500 meter.
‘’Pada jarak pandang yang seperti itu tidak mungkin untuk pesawat mendarat karena sangat terbatas. Sekitar pukul 11.00 WIB baru jarak pandang sedikit normal yakni mencapai 2.000-3.000 meter,’’ katanya.
Kepala Bandara Pinang Kampai Edi Sukiatnedi mengatakan, beruntung kemarin jadwal penerbangan di Bandara tersebut tidak padat. Pesawat Pelita Air baru dapat bisa mendarat setelah jarak pandang aman sekitar pukul 11.00 WIB.
‘’Kejadian seperti ini di luar dugaan kita, karena semua itu berasal dari faktor cuaca. Kondisi jarak pandang yang sangat minim jika waktu pagi sangat berisiko untuk pesawat landing di Bandara kita,’’ katanya.
Kualitas Udara Buruk
Salah satu indikasi buruknya kualitas udara di Kota Dumai adalah dengan dikibarkannya bendera merah tepat di sebe¬lah Gate Security Kantor Utama PT CPI di Bukit Jin, kemarin pagi. Namun Sekitar pukul 08.00 WIB bendera berganti menjadi kuning pertanda dalam kondisi berhati-hati atau udara kurang sehat.
Kepala Gate Security Jefri C, kepada Riau Pos mengatakan pihaknya mema¬sang bendera tergantung permintaan petugas yang membaca alat pengukur kualitas udara yang dimiliki PT CPI. ‘’Hari ini kita sempat kibarkan bendera berwarna merah. Ini menunjukkan kualitas udara sangat tidak baik atau dalam arti lain kualitas udara di Kota Dumai sangat jelek. Kita mempunyai tiga warna bendera seba¬gai indikasi kualitas udara, yakni hijau, kuning dan merah, artinya hijau itu baik, kuning berjaga, merah tidak bagus,’’ katanya.
Comunication Media Relation (CMR) PT CPI Dwi Pujo Sutrisno juga membenarkan hal itu. ‘’Apa yang dicatat alat pencatat kuali¬tas udara kita akan ditunjukkan dengan simbol bendera yang berada di sebelah Gate Security atau tepatnya di gerbang pintu masuk ke Kantor PT CPI Bukit Jin,’’ ujarnya.
48 Titik Api Muncul
Berdasarkan pantauan satelit NOAA 18 kemarin, di Provinsi Riau terdapat 48 titik api yang tersebar di delapan kabupaten/kota seperti Kabupaten Pelalawan, Siak, Bengkalis dan Rohil. Melihat kondisi ini Gubernur Riau (Gubri) HM Rusli Zainal SE MP meminta seluruh daerah yang masih ada titik api segera melakukan penang¬gulangan.
‘’Saya berharap kabut asap karena kebakaran lahan ini tidak terus memburuk kondisinya. Jangan sampai berlangsung lama peris¬tiwa kabut asap ini terjadi di Riau,’’ kata Gubri kepada warta¬wan, Selasa (19/5) di Pekanbaru.
Seluruh lapisan masyarakat, lanjutnya, baik itu lurah, camat, ¬bupati dan wali kota diharapkan bisa menjadi ujung tombak dalam pemadaman api yang terjadi di daerahnya masing-masing. Koordinasi antarinstansi terkait perlu terus dilakukan secara terus menerus. Bukan hanya pada saat terjadi kebakaran lahan, namun juga menga¬wasi aktivitas masyarakat dalam membuka lahan.
‘’Peristiwa pembakaran lahan sebaiknya dihentikan oleh oknum tidak bertanggungjawab. Jangan pernah melakukan tindakan yang bisa merugikan lingkungan sekitar. Hentikan pembakaran lahan,’’ ujarnya.
Di bagian lain, Badan Penanggulangan Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Provinsi Riau membentuk tim verifikasi kebakaran hutan. ‘’Kita sudah membentuk tim verifikasi masalah kebakaran hutan dan lahan (Kahutla) di Riau ini. Mereka akan bertugas ke lapangan mendeteksi keberadaan hot spot yang ditemukan oleh satelit di lokasi,’’ ujar Kasi Pengendalian Kerusakan Ekosistem Darat (PKED) Bapedalda Riau, Surjoso, kemarin.
Menurutnya, tim tesebut akan diturunkan di beberapa wilayah yang memiliki paling banyak titik panas, di antaranya Bengkalis, Rohul, Rohil, Siak dan Dumai. Kelima wilayah ini diperkirakan sebagai daerah rawan kebakaran karena kultur tanahnya yang gambut sangat mudah terbakar. Selain itu, tugas dari tim Verifikasi adalah melakukan koordinasi dengan Bapedalda dan Dinas Kehutanan kabupaten/kota yang termasuk di wilayah Riau.
Prediksi yang lebih buruk diungkapkan Dinas Kehutanan Provinsi Riau. Diperkirakan bulan Juni mendatang Karhutla akan mengepung Riau. Untuk itu seluruh kabupaten/kota diminta siaga.
Kepala Seksi (Kasi) Penanggulangan Karhutla Dinas Kehutanan (Dishut) Riau Said Nurjaya kepada Riau Pos mengatakan, prediksi berdasarkan catatan mulai Mei hingga Oktober mendatang Riau memasuki musim kemarau. Seperti sebelum-sebelumnya, Karhutla dipastikan terjadi.
‘’Kita berharap semua pihak siaga terlebih di kabupaten/kota. Karena antisipasi dini diharapkan dilakukan ,’’ tuturnya.(cr1/zar/new/cr2/gem)
PEKANBARU (RP) - Ancaman kabut asap kembali melanda Provinsi Riau. Sebanyak 48 hot spot telah terpantau satelit NOAA 18. Kondisi tersebut bahkan mulai mengganggu penerbangan, Selasa (19/5), di Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru dan Bandara Pinang Kampai Dumai.
Kemarin, otoritas Bandara SSK II terpaksa menutup bandara selama lebih kurang 1,5 jam karena jarak pandang hanya berkisar 800 meter. Kondisi ini menjadikan dua penerbangan terpaksa ditun¬da (delay) lebih kurang 30 menit.
Dua penerbangan yang mengalami penundaan tersebut adalah Lion Air dengan nomor penerbangan 393 yang membawa 144 penumpang dan pesawat Mandala Airlines 073 yang membawa 155 penumpang. Seharusnya kedua pesawat ini take off pukul 7.00 WIB.
Di Dumai, penutupan juga dilakukan atas Bandara Pinang Kampai. Kondisi ini menjadikan pesawat Pelita Air jenis Foker 100 yang dikontrak PT Chevron dan dijadwalkan tiba pukul 08.00 WIB, baru bisa mendarat pukul 11.00 WIB. Ini akibat jarak pandang yang sempat mencapai 200 meter sehingga otoritas Bandara menyarankan agar pesawat tersebut menunda keberangkatannya ke Kota Dumai hingga cuaca benar-benar memungkinkan.
Tebalnya kabut asap di Kota Pekanbaru terjadi sejak pukul 06.00 WIB. Saat itu jarak pandang hanya 800 atau meter yang masih di bawah standar aman penerbangan 1.000 meter. ‘’Ya, kabut asap menjadikan dua penerbangan ditunda keberang¬katannya karena jarak pandang hanya 800 meter tak sesuai dengan standar aman penerbangan, 1.000 meter. Ini terlalu bahaya bagi penerbangan dan keselamatan penumpang. Jika dipaksakan bisa fatal,’’ ujar Air Port Duty Manager Bandara SSK II Pekanbaru, Ibnu Hasan, kepada Riau Pos, kemarin.
Menurut Ibnu, kondisi aman dan tidak aman untuk penerbangan tersebut diketahui dari Air Traffic Control (ATC) atau pemandu lalu lintas udara. Selain itu, mereka juga melakukan koordinasi dengan BMKG Pekanbaru soal jarak pandang yang aman dan tidak.‘’Ini prosedur yang sudah difahami oleh maskapai yang ada di SSK II ini. Akan ada sanksi jika dilanggar,’’ terang Ibnu Hasan.
Sementara operator Pelita Air, Wahyu mengatakan, kondisi cuaca di Kota Dumai pada pukul 7.00 WIB sangat berkabut. Jarak pandang bahkan mencapai 200 meter dan baru mencapai 300 meter hingga pukul 8.00 WIB. Pada pukul 9.00 WIB jarak pandang baru mencapai 500 meter.
‘’Pada jarak pandang yang seperti itu tidak mungkin untuk pesawat mendarat karena sangat terbatas. Sekitar pukul 11.00 WIB baru jarak pandang sedikit normal yakni mencapai 2.000-3.000 meter,’’ katanya.
Kepala Bandara Pinang Kampai Edi Sukiatnedi mengatakan, beruntung kemarin jadwal penerbangan di Bandara tersebut tidak padat. Pesawat Pelita Air baru dapat bisa mendarat setelah jarak pandang aman sekitar pukul 11.00 WIB.
‘’Kejadian seperti ini di luar dugaan kita, karena semua itu berasal dari faktor cuaca. Kondisi jarak pandang yang sangat minim jika waktu pagi sangat berisiko untuk pesawat landing di Bandara kita,’’ katanya.
Kualitas Udara Buruk
Salah satu indikasi buruknya kualitas udara di Kota Dumai adalah dengan dikibarkannya bendera merah tepat di sebe¬lah Gate Security Kantor Utama PT CPI di Bukit Jin, kemarin pagi. Namun Sekitar pukul 08.00 WIB bendera berganti menjadi kuning pertanda dalam kondisi berhati-hati atau udara kurang sehat.
Kepala Gate Security Jefri C, kepada Riau Pos mengatakan pihaknya mema¬sang bendera tergantung permintaan petugas yang membaca alat pengukur kualitas udara yang dimiliki PT CPI. ‘’Hari ini kita sempat kibarkan bendera berwarna merah. Ini menunjukkan kualitas udara sangat tidak baik atau dalam arti lain kualitas udara di Kota Dumai sangat jelek. Kita mempunyai tiga warna bendera seba¬gai indikasi kualitas udara, yakni hijau, kuning dan merah, artinya hijau itu baik, kuning berjaga, merah tidak bagus,’’ katanya.
Comunication Media Relation (CMR) PT CPI Dwi Pujo Sutrisno juga membenarkan hal itu. ‘’Apa yang dicatat alat pencatat kuali¬tas udara kita akan ditunjukkan dengan simbol bendera yang berada di sebelah Gate Security atau tepatnya di gerbang pintu masuk ke Kantor PT CPI Bukit Jin,’’ ujarnya.
48 Titik Api Muncul
Berdasarkan pantauan satelit NOAA 18 kemarin, di Provinsi Riau terdapat 48 titik api yang tersebar di delapan kabupaten/kota seperti Kabupaten Pelalawan, Siak, Bengkalis dan Rohil. Melihat kondisi ini Gubernur Riau (Gubri) HM Rusli Zainal SE MP meminta seluruh daerah yang masih ada titik api segera melakukan penang¬gulangan.
‘’Saya berharap kabut asap karena kebakaran lahan ini tidak terus memburuk kondisinya. Jangan sampai berlangsung lama peris¬tiwa kabut asap ini terjadi di Riau,’’ kata Gubri kepada warta¬wan, Selasa (19/5) di Pekanbaru.
Seluruh lapisan masyarakat, lanjutnya, baik itu lurah, camat, ¬bupati dan wali kota diharapkan bisa menjadi ujung tombak dalam pemadaman api yang terjadi di daerahnya masing-masing. Koordinasi antarinstansi terkait perlu terus dilakukan secara terus menerus. Bukan hanya pada saat terjadi kebakaran lahan, namun juga menga¬wasi aktivitas masyarakat dalam membuka lahan.
‘’Peristiwa pembakaran lahan sebaiknya dihentikan oleh oknum tidak bertanggungjawab. Jangan pernah melakukan tindakan yang bisa merugikan lingkungan sekitar. Hentikan pembakaran lahan,’’ ujarnya.
Di bagian lain, Badan Penanggulangan Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Provinsi Riau membentuk tim verifikasi kebakaran hutan. ‘’Kita sudah membentuk tim verifikasi masalah kebakaran hutan dan lahan (Kahutla) di Riau ini. Mereka akan bertugas ke lapangan mendeteksi keberadaan hot spot yang ditemukan oleh satelit di lokasi,’’ ujar Kasi Pengendalian Kerusakan Ekosistem Darat (PKED) Bapedalda Riau, Surjoso, kemarin.
Menurutnya, tim tesebut akan diturunkan di beberapa wilayah yang memiliki paling banyak titik panas, di antaranya Bengkalis, Rohul, Rohil, Siak dan Dumai. Kelima wilayah ini diperkirakan sebagai daerah rawan kebakaran karena kultur tanahnya yang gambut sangat mudah terbakar. Selain itu, tugas dari tim Verifikasi adalah melakukan koordinasi dengan Bapedalda dan Dinas Kehutanan kabupaten/kota yang termasuk di wilayah Riau.
Prediksi yang lebih buruk diungkapkan Dinas Kehutanan Provinsi Riau. Diperkirakan bulan Juni mendatang Karhutla akan mengepung Riau. Untuk itu seluruh kabupaten/kota diminta siaga.
Kepala Seksi (Kasi) Penanggulangan Karhutla Dinas Kehutanan (Dishut) Riau Said Nurjaya kepada Riau Pos mengatakan, prediksi berdasarkan catatan mulai Mei hingga Oktober mendatang Riau memasuki musim kemarau. Seperti sebelum-sebelumnya, Karhutla dipastikan terjadi.
‘’Kita berharap semua pihak siaga terlebih di kabupaten/kota. Karena antisipasi dini diharapkan dilakukan ,’’ tuturnya.(cr1/zar/new/cr2/gem)
Sumber: Harian Pagi Riau Pos (Rabu, 20 Mei 2009 , 08:24:00)