Puluhan Warga Protes ke PT Hutahean
PEKANBARU, TRIBUN - Perebutan lahan antara warga dan perusahaan besar di Riau kembali terjadi. Kali ini warga Dusun Koto Juang, Desa Danau Lancang, Kecamatan Tapung Hulu, Kampar yang menjadi korban.
Sekitar 200 KK yang bertani sawit di daerah tersebut, merasa diintimidasi oknum preman yang mengatasnamakan PT Hutaean, kemarin mendatangi kantor perusahaan itu.
"Mereka memasang plang di areal kebun kami. Menyatakan lahan itu milik PT Hutahean. Padahal lahan sekitar 800 hektare itu kami beli dari ninik mamak setempat tahun 2001 lalu, dan kami buka menjadi areal perkebunan," ujar Kepala Dusun Koto Juang, Abdul Azam Padang, ketika mendatangi Kantor PT Hutahean Grup di Jalan Cempaka, Pekanbaru, Senin (18/5).
Abdul Azam datang dengan membawa serta sekitar 50 warganya ke kantor PT Hutahean tersebut. Mereka tiba menggunakan truk cold diesel. Mereka datang untuk menanyakan dan minta klarifikasi soal intimidasi yang diterima warga, yang dilakukan preman dengan mengatasnamakan perusahaan besar tersebut.
Ardi Sianturi, warga yang turut dalam rombongan itu mengungkapkan, oknum preman tersebut minta warga menghentikan kegiatan cocok tanam di areal seluas 800 ha milik warga. Bahkan oknum tersebut berani memancang tanda milik Hutahaean di kebun milik warga.
"Tanda yang dipasang di kebun milik warga itu bertuliskan, 'Tanah ini Milik HW Hutahaean.' Tanah itu milik warga Desa Pauk Kecamatan Kunto Darussalam Rohul seluas 2.100 ha," ungkap Gabe Siregar, Ketua RT setempat.
Warga tiba di Kantor Hutahaean sekitar pukul 15.00 WIB. Mereka tidak mendapat penjelasan apapun dari pihak perusahaan. Meski warga dapat masuk ke areal kantor perusahaan, namun hanya diterima pihak keamanan.
Selanjutnya warga meninggalkan kantor tersebut dan berjanji akan terus minta klarifikasi dengan menggunakan jasa pengacara.
Humas Hutahaean Group, Paulus Budiono Hutagaol yang dihubungi kemarin mengungkapkan, pihaknya akan melakukan pemeriksaan silang lebih dulu ke lapangan, sebelum memberi tanggapan.
Namun Hutagaol tidak menampik jika perusahaannya memiliki lahan di beberapa titik di lokasi Tapung Hulu.
"Kami belum mengetahui dengan jelas kebun mana yang dimaksud warga. Namun kami akan cek ke lapangan terkait masalah ini," ujar Hutagaol. (san)
Sekitar 200 KK yang bertani sawit di daerah tersebut, merasa diintimidasi oknum preman yang mengatasnamakan PT Hutaean, kemarin mendatangi kantor perusahaan itu.
"Mereka memasang plang di areal kebun kami. Menyatakan lahan itu milik PT Hutahean. Padahal lahan sekitar 800 hektare itu kami beli dari ninik mamak setempat tahun 2001 lalu, dan kami buka menjadi areal perkebunan," ujar Kepala Dusun Koto Juang, Abdul Azam Padang, ketika mendatangi Kantor PT Hutahean Grup di Jalan Cempaka, Pekanbaru, Senin (18/5).
Abdul Azam datang dengan membawa serta sekitar 50 warganya ke kantor PT Hutahean tersebut. Mereka tiba menggunakan truk cold diesel. Mereka datang untuk menanyakan dan minta klarifikasi soal intimidasi yang diterima warga, yang dilakukan preman dengan mengatasnamakan perusahaan besar tersebut.
Ardi Sianturi, warga yang turut dalam rombongan itu mengungkapkan, oknum preman tersebut minta warga menghentikan kegiatan cocok tanam di areal seluas 800 ha milik warga. Bahkan oknum tersebut berani memancang tanda milik Hutahaean di kebun milik warga.
"Tanda yang dipasang di kebun milik warga itu bertuliskan, 'Tanah ini Milik HW Hutahaean.' Tanah itu milik warga Desa Pauk Kecamatan Kunto Darussalam Rohul seluas 2.100 ha," ungkap Gabe Siregar, Ketua RT setempat.
Warga tiba di Kantor Hutahaean sekitar pukul 15.00 WIB. Mereka tidak mendapat penjelasan apapun dari pihak perusahaan. Meski warga dapat masuk ke areal kantor perusahaan, namun hanya diterima pihak keamanan.
Selanjutnya warga meninggalkan kantor tersebut dan berjanji akan terus minta klarifikasi dengan menggunakan jasa pengacara.
Humas Hutahaean Group, Paulus Budiono Hutagaol yang dihubungi kemarin mengungkapkan, pihaknya akan melakukan pemeriksaan silang lebih dulu ke lapangan, sebelum memberi tanggapan.
Namun Hutagaol tidak menampik jika perusahaannya memiliki lahan di beberapa titik di lokasi Tapung Hulu.
"Kami belum mengetahui dengan jelas kebun mana yang dimaksud warga. Namun kami akan cek ke lapangan terkait masalah ini," ujar Hutagaol. (san)
Sumber: Harian Pagi Tribun Pekanbaru(Senin, 18 Mei 2009 | 23:13 WIB)