Gempa Kecil Juga Patut Diwaspadai
YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Gempa tektonik berkekuatan kecil harus tetap diwaspadai karena ada tipe gempa besar yang diawali dengan gempa-gempa kecil. Demikian dikatakan Kepala Stasiun Geofisika Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
(BMKG) Yogyakarta Budi Waluyo, Senin (18/5).
Ia mengatakan hal itu ketika dikonfirmasi terkait dengan gempa kecil yang terjadi tiga kali di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Senin (18/5) pukul 06.08 WIB, pukul 06.42 WIB dan pukul 06.57 WIB.
BMKG Yogyakarta mencatat gempa pertama berkekuatan 3,5 skala Richter (SR) dengan pusat gempa di darat pada kedalaman 11 kilometer (km), posisi bagian tenggara Kabupaten Bantul.
Kemudian gempa kedua dengan kekuatan 2,5 SR terjadi pada posisi 7,87 Lintang Selatan (LS) dan 110,50 Bujur Timur (BT). Pusat gempa ini juga di darat pada kedalaman 10 km.
Sedangkan gempa ketiga yang terjadi selama 58 detik dengan kekuatan 3,4 SR, pusat gempanya di darat pada kedalaman 10 km, posisi 7,99 LS dan 110,38 BT.
Budi menyebutkan ada tiga tipe gempa tektonik. Pertama, tipe gempa besar (gempa utama) yang diawali gempa-gempa kecil sebagai gempa pendahuluan. Kedua, tipe gempa besar (gempa utama) yang kemudian diikuti gempa-gempa susulan.
Sedangkan tipe ketiga adalah gempa swarm. Gempa ini tidak terlalu besar kekuatannya, tetapi terjadi terus-menerus dalam waktu yang lama, dan dalam frekuensi yang tinggi. Kekuatan gempa biasanya hanya 2-3 SR, tetapi jarak waktu antara gempa yang satu dengan berikutnya relatif pendek. Dalam satu hari bisa terjadi 20 kali gempa swarm.
Gempa swarm dapat dianalogikan seperti bambu yang patah. Untuk pertama kali bambu dipatahkan memerlukan tenaga yang sangat besar. Untuk selanjutnya, bambu itu akan patah lagi meskipun hanya diberi sedikit tekanan. Sebab, bagian yang patah itu tidak lagi mampu menyimpan energi yang besar. Gempa swarm tidak memiliki gempa utama.
Menurut dia, gempa kecil yang terjadi tiga kali di tenggara Bantul, DIY itu, pusat gempanya di sekitar sesar Opak. Gempa bumi tektonik berkekuatan 5,9 SR yang mengguncang DIY dan sebagian wilayah Jawa Tengah pada 27 Mei 2006 juga bersumber dari sekitar sesar Opak.
"Kalau sesar Opak masih aktif, memang perlu terus diwaspadai. Karakteristik gempa bumi tektonik adalah akan terulang kembali, tetapi kapan, kita tidak tahu," katanya. Ia mengatakan tumbukan lempeng bumi akan terus terjadi, karena selalu bergerak dan tak pernah berhenti.
Sumber: Kompas (Senin, 18 Mei 2009 | 17:30 WIB)