BENGKULU (RP) - Bengkulu bukan hanya daerah rawan gempa. Info terbaru, para ahli geologi menemukan gunung api raksasa di bawah laut Bengkulu. Gunung api tersebut berdiameter 50 Km dan tinggi 4.600 meter. Lokasinya berada 330 Km arah barat Kota Bengkulu.
Gunung api di bawah laut ini ditemukan oleh tim yang terdiri dari gabungan para pakar geologi Indonesia, AS, dan Prancis. Yakni dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, CGGVeritas dan IPG (Institut de Physique du Globe) Paris.
“Gunung api ini sangat besar dan tinggi. Di daratan Indonesia, tak ada gunung setinggi ini kecuali Gunung Jayawijaya di Papua,” kata Direktur Pusat Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam BPPT Yusuf Surachman kepada wartawan, kemarin. Penemuan gunung api di bawah laut Bengkulu ini saat dilakukan survei dengan menggunakan kapal seismik Geowave Champion canggih milik CGG Veritas. Tepatnya di Palung Sunda di Barat Daya Sumatera, di kedalaman 5,9 kilometer dengan puncak berada di kedalaman 1.280 meter dari permukaan laut.
Survei ini merupakan yang pertama di dunia karena menggunakan streamer terpanjang, 15 Km, dari yang pernah dilakukan oleh kapal survei seismik. Tujuan dari survei ini adalah untuk mengetahui struktur geologi dalam (penetrasi sampai 50 Km) yang meliputi Palung Sunda, prisma akresi, tinggian busur luar (outer arc high) dan cekungan busur muka (fore arc basin) perairan Sumatera.
Menurut Peneliti LIPI, Dr Ir Danny Hilman Natawidjaja dari hasil survei mereka gunung tersebut masuk kategori gunung berapi. Namun belum bisa dipastikan secara detail apakah aktif atau tidak.
“Itu hasil temuan tim. Kalau kita lihat ukurannya memang luar biasa. Jauh lebih besar dibandingkan gunung berapi di Jogjakarta yang hanya 3.600 meter atau gunung berapi di Sumatera yang rata-rata tingginya mencapai 3.000 meter atau 3 kilometer. Untuk mengetahui aktif atau tidaknya harus kita teliti lebih lanjut. Kebiasaan gunung berapi yang berada di palung seperti itu tidak aktif. Hanya saja, berhubung palung tersebut adalah tempat pertemuan lempengan Eurosia dan Indo Australia yang saling bertubrukan kemungkinan aktif. Nah, seberapa aktifnya, kami juga belum tahu,” ungkap Danny, malam tadi.
Berbahayakah keberadaan gunung ini? Danny menjelaskan, jika gunung ini aktif dan mengandung magma tentunya berbahaya. Bila meletus, dapat menyebabkan tsunami yang bisa menerpa Pulau Enggano dan pantai Kota Bengkulu. Nah, seberapa hebatnya daya letus gunung dan besaran tsunami masih harus diteliti lebih dulu.
Sebaliknya jika gunung tersebut tidak aktif, maka Bengkulu aman dari peluang bencana letusan gunung berapi, yang dapat menyebabkan gempa bumi dan tsunami. “Untuk memastikan gunung tersebut aktif atau tidak tergantung bagaimana hasil penelitian lanjutannya. Kalau tidak aktif sih, masyarakat Bengkulu nggak perlu khawatir,” analisa Danny.
Hal senada juga ditegaskan Direktur Pusat Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam BPPT Yusuf Surachman. Meskipun gunung ini diketahui memiliki kaldera yang menandainya sebagai gunung api, para pakar geologi belum mengetahui tingkat keaktifan gunung api bawah laut ini. “Bagaimanapun gunung api bawah laut sangat berbahaya jika meletus,” katanya.
Yang jelas, sejak gempa dan tsunami akhir 2004 dan gempa-gempa besar susulan lainnya, terjadi banyak perubahan struktur di kawasan perairan Sumatera yang menarik minat banyak peneliti asing.
Tim ahli dari Indonesia, AS, dan Perancis kemudian bekerja sama memetakan struktur geologi dalam untuk memahami secara lebih baik sumber dan mekanisme gempa pemicu tsunami menggunakan citra seismik dalam (deep seismic image).
Diakui Danny, temuan ini sangat menarik bagi peneliti. “Bagi kita itu menarik, asyik malah. Diteliti atau tidak tergantung dananya. Kita lihat peluangnya nanti, akan diteliti lebih lanjut atau tidak. Yang jelas, kalau melihat posisinya gunung ini sudah ada sejak lama,” kata Danny lagi.
Sementara Kepala BMG Kepahiang, Dadang Permana mengaku belum tahu info tersebut. Hanya saja, kalau melihat posisinya Dadang menjelaskan, Palung Sunda tersebut tempat lempengan Indo Australia menabrak lempengan Eurosia. Ada kemungkinan, gunung berapi ini aktif. Karena berada di daerah aktif gempa, akibat tubrukan kedua lempengan tersebut.
BMG bisa saja melakukan analisa, terhadap getaran gempa yang muncul dari palung tersebut mengandung magma atau tidak. Penelitian ini harus detail, satu per satu getaran harus dianalisa dengan menggunakan tomografi. Prinsip kerja alat ini, sama dengan CT scan. Bedanya kalau CT Scan menggunakan sinar infra merah, sedangkan tomografi dengan gelombang gempa.
Dadang juga menyatakan, jarak Bengkulu dengan Pulau Enggano mencapai 200 kilometer. Artinya kalau 330 kilometer, masih 130 kilometer dari Pulau Enggano arah ke barat. Posisi palung berada di sebelah Selatan Mentawai, dimana lempengannya kini mulai bergerak.
“Getaran gempa dari pusat gunung yang mengandung magma beda dengan getaran gempa biasa. Kita bisa ceritakan melalui analisa lebih lanjut. Kalau di BMG mungkin 2-3 tahun lagi bisa melakukan penelitian seperti ini. Kalau melihat petanya, kawasan palung itu kawasan aktif gempa. Kemungkinan di sana panas. Jujur saya baru dengar info ini,” terang Dadang.(yoh/jpnn)
Sumber: Harian Pagi Riau Pos (Sabtu, 30 Mei 2009 , 08:50:00)
Gunung api di bawah laut ini ditemukan oleh tim yang terdiri dari gabungan para pakar geologi Indonesia, AS, dan Prancis. Yakni dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, CGGVeritas dan IPG (Institut de Physique du Globe) Paris.
“Gunung api ini sangat besar dan tinggi. Di daratan Indonesia, tak ada gunung setinggi ini kecuali Gunung Jayawijaya di Papua,” kata Direktur Pusat Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam BPPT Yusuf Surachman kepada wartawan, kemarin. Penemuan gunung api di bawah laut Bengkulu ini saat dilakukan survei dengan menggunakan kapal seismik Geowave Champion canggih milik CGG Veritas. Tepatnya di Palung Sunda di Barat Daya Sumatera, di kedalaman 5,9 kilometer dengan puncak berada di kedalaman 1.280 meter dari permukaan laut.
Survei ini merupakan yang pertama di dunia karena menggunakan streamer terpanjang, 15 Km, dari yang pernah dilakukan oleh kapal survei seismik. Tujuan dari survei ini adalah untuk mengetahui struktur geologi dalam (penetrasi sampai 50 Km) yang meliputi Palung Sunda, prisma akresi, tinggian busur luar (outer arc high) dan cekungan busur muka (fore arc basin) perairan Sumatera.
Menurut Peneliti LIPI, Dr Ir Danny Hilman Natawidjaja dari hasil survei mereka gunung tersebut masuk kategori gunung berapi. Namun belum bisa dipastikan secara detail apakah aktif atau tidak.
“Itu hasil temuan tim. Kalau kita lihat ukurannya memang luar biasa. Jauh lebih besar dibandingkan gunung berapi di Jogjakarta yang hanya 3.600 meter atau gunung berapi di Sumatera yang rata-rata tingginya mencapai 3.000 meter atau 3 kilometer. Untuk mengetahui aktif atau tidaknya harus kita teliti lebih lanjut. Kebiasaan gunung berapi yang berada di palung seperti itu tidak aktif. Hanya saja, berhubung palung tersebut adalah tempat pertemuan lempengan Eurosia dan Indo Australia yang saling bertubrukan kemungkinan aktif. Nah, seberapa aktifnya, kami juga belum tahu,” ungkap Danny, malam tadi.
Berbahayakah keberadaan gunung ini? Danny menjelaskan, jika gunung ini aktif dan mengandung magma tentunya berbahaya. Bila meletus, dapat menyebabkan tsunami yang bisa menerpa Pulau Enggano dan pantai Kota Bengkulu. Nah, seberapa hebatnya daya letus gunung dan besaran tsunami masih harus diteliti lebih dulu.
Sebaliknya jika gunung tersebut tidak aktif, maka Bengkulu aman dari peluang bencana letusan gunung berapi, yang dapat menyebabkan gempa bumi dan tsunami. “Untuk memastikan gunung tersebut aktif atau tidak tergantung bagaimana hasil penelitian lanjutannya. Kalau tidak aktif sih, masyarakat Bengkulu nggak perlu khawatir,” analisa Danny.
Hal senada juga ditegaskan Direktur Pusat Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam BPPT Yusuf Surachman. Meskipun gunung ini diketahui memiliki kaldera yang menandainya sebagai gunung api, para pakar geologi belum mengetahui tingkat keaktifan gunung api bawah laut ini. “Bagaimanapun gunung api bawah laut sangat berbahaya jika meletus,” katanya.
Yang jelas, sejak gempa dan tsunami akhir 2004 dan gempa-gempa besar susulan lainnya, terjadi banyak perubahan struktur di kawasan perairan Sumatera yang menarik minat banyak peneliti asing.
Tim ahli dari Indonesia, AS, dan Perancis kemudian bekerja sama memetakan struktur geologi dalam untuk memahami secara lebih baik sumber dan mekanisme gempa pemicu tsunami menggunakan citra seismik dalam (deep seismic image).
Diakui Danny, temuan ini sangat menarik bagi peneliti. “Bagi kita itu menarik, asyik malah. Diteliti atau tidak tergantung dananya. Kita lihat peluangnya nanti, akan diteliti lebih lanjut atau tidak. Yang jelas, kalau melihat posisinya gunung ini sudah ada sejak lama,” kata Danny lagi.
Sementara Kepala BMG Kepahiang, Dadang Permana mengaku belum tahu info tersebut. Hanya saja, kalau melihat posisinya Dadang menjelaskan, Palung Sunda tersebut tempat lempengan Indo Australia menabrak lempengan Eurosia. Ada kemungkinan, gunung berapi ini aktif. Karena berada di daerah aktif gempa, akibat tubrukan kedua lempengan tersebut.
BMG bisa saja melakukan analisa, terhadap getaran gempa yang muncul dari palung tersebut mengandung magma atau tidak. Penelitian ini harus detail, satu per satu getaran harus dianalisa dengan menggunakan tomografi. Prinsip kerja alat ini, sama dengan CT scan. Bedanya kalau CT Scan menggunakan sinar infra merah, sedangkan tomografi dengan gelombang gempa.
Dadang juga menyatakan, jarak Bengkulu dengan Pulau Enggano mencapai 200 kilometer. Artinya kalau 330 kilometer, masih 130 kilometer dari Pulau Enggano arah ke barat. Posisi palung berada di sebelah Selatan Mentawai, dimana lempengannya kini mulai bergerak.
“Getaran gempa dari pusat gunung yang mengandung magma beda dengan getaran gempa biasa. Kita bisa ceritakan melalui analisa lebih lanjut. Kalau di BMG mungkin 2-3 tahun lagi bisa melakukan penelitian seperti ini. Kalau melihat petanya, kawasan palung itu kawasan aktif gempa. Kemungkinan di sana panas. Jujur saya baru dengar info ini,” terang Dadang.(yoh/jpnn)
Sumber: Harian Pagi Riau Pos (Sabtu, 30 Mei 2009 , 08:50:00)