Laporan wartawan KOMPAS Ambrosius Harto
SAMARINDA, KOMPAS.com — Pembalakan dan perambahan telah merusak sekitar 14.000 hektar dari 20.271 hektar atau hampir 70 persen luas Hutan Penelitian dan Pendidikan Universitas Mulawarman di Kalimantan Timur.
"Kami tidak bisa berbuat apa-apa karena tidak diberi kewenangan jelas oleh Departemen Kehutanan meskipun kami ditunjuk sebagai pengelola," kata Kepala Pusat Penelitian Hutan Tropis (PPHT) Universitas Mulawarman (Unmul) Chandradewana Boer di Kota Samarinda, Selasa (26/5).
Hutan Penelitian dan Pendidikan (HPP) Unmul terletak di dalam Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Soeharto seluas 61.850 hektar di Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Penajam Paser Utara. HPP Unmul ialah kawasan hutan dengan tujuan khusus bersama dua kawasan serupa lainnya yang dikelola masing-masing oleh Balai Pendidikan dan Latihan Kehutanan Samarinda dan Wanariset Samboja.
HPP Unmul dibelah oleh jalan trans-Kaltim. Di sekitar jalan penghubung Samarinda dan Balikpapan itu berdiri amat banyak rumah, warung, toko, bengkel, sarana ibadah, dan fasilitas umum, seperti kantor desa, menara listrik, dan pemancar telekomunikasi. Sebagian besar kawasan yang rusak telah dikuasai warga untuk berkebun dan berladang.
"Kami berkeinginan menjaga sekitar 6.000 hektar hutan yang masih baik tetapi berikan kewenangan," kata Boer. Kampus dengan dibantu dana Pemerintah Provinsi Kaltim telah memperkuat tata batas HPP Unmul sepanjang 97 kilometer. Jarak antarpatok tata batas yang sebelumnya 100 meter menjadi 50 meter.
"Anehnya, kami dikatakan tidak berwenang melakukan itu karena cuma dibolehkan memakai hutan untuk penelitian dan urusan pendidikan. Bagaimana kami bisa menjaga hutan yang masih tersisa bila tidak diberi kewenangan," kata Boer.
Dosen Fakultas Kehutanan Unmul Sutedjo mengatakan, Tahura Bukit Soeharto termasuk HPP Unmul patut dilindungi meskipun sudah sebagian besar rusak.
Vegetasi tahura didominasi suku meranti-merantian atau dipterocarpaceae yang banyak dipakai untuk perkayuan. Hutan tropis Kalimantan ialah pusat keberagaman dipterocarpaceae yang berkarateristik umum tinggi, besar, dan rimbun.
Selain itu, menurut Sutedjo, tahura merupakan habitat alami satwa-satwa terancam punah antara lain orangutan, owa, beruang madu, trenggiling, bajing tanah, macan dahan, kijang dan kancil, burung enggang, gelatik, dan elang. "Satwa-satwa itu sudah amat sulit ditemukan sehingga memberi gambaran bahwa tahura kian hancur," katanya.
SAMARINDA, KOMPAS.com — Pembalakan dan perambahan telah merusak sekitar 14.000 hektar dari 20.271 hektar atau hampir 70 persen luas Hutan Penelitian dan Pendidikan Universitas Mulawarman di Kalimantan Timur.
"Kami tidak bisa berbuat apa-apa karena tidak diberi kewenangan jelas oleh Departemen Kehutanan meskipun kami ditunjuk sebagai pengelola," kata Kepala Pusat Penelitian Hutan Tropis (PPHT) Universitas Mulawarman (Unmul) Chandradewana Boer di Kota Samarinda, Selasa (26/5).
Hutan Penelitian dan Pendidikan (HPP) Unmul terletak di dalam Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Soeharto seluas 61.850 hektar di Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Penajam Paser Utara. HPP Unmul ialah kawasan hutan dengan tujuan khusus bersama dua kawasan serupa lainnya yang dikelola masing-masing oleh Balai Pendidikan dan Latihan Kehutanan Samarinda dan Wanariset Samboja.
HPP Unmul dibelah oleh jalan trans-Kaltim. Di sekitar jalan penghubung Samarinda dan Balikpapan itu berdiri amat banyak rumah, warung, toko, bengkel, sarana ibadah, dan fasilitas umum, seperti kantor desa, menara listrik, dan pemancar telekomunikasi. Sebagian besar kawasan yang rusak telah dikuasai warga untuk berkebun dan berladang.
"Kami berkeinginan menjaga sekitar 6.000 hektar hutan yang masih baik tetapi berikan kewenangan," kata Boer. Kampus dengan dibantu dana Pemerintah Provinsi Kaltim telah memperkuat tata batas HPP Unmul sepanjang 97 kilometer. Jarak antarpatok tata batas yang sebelumnya 100 meter menjadi 50 meter.
"Anehnya, kami dikatakan tidak berwenang melakukan itu karena cuma dibolehkan memakai hutan untuk penelitian dan urusan pendidikan. Bagaimana kami bisa menjaga hutan yang masih tersisa bila tidak diberi kewenangan," kata Boer.
Dosen Fakultas Kehutanan Unmul Sutedjo mengatakan, Tahura Bukit Soeharto termasuk HPP Unmul patut dilindungi meskipun sudah sebagian besar rusak.
Vegetasi tahura didominasi suku meranti-merantian atau dipterocarpaceae yang banyak dipakai untuk perkayuan. Hutan tropis Kalimantan ialah pusat keberagaman dipterocarpaceae yang berkarateristik umum tinggi, besar, dan rimbun.
Selain itu, menurut Sutedjo, tahura merupakan habitat alami satwa-satwa terancam punah antara lain orangutan, owa, beruang madu, trenggiling, bajing tanah, macan dahan, kijang dan kancil, burung enggang, gelatik, dan elang. "Satwa-satwa itu sudah amat sulit ditemukan sehingga memberi gambaran bahwa tahura kian hancur," katanya.
Sumber: Kompas (Selasa, 26 Mei 2009 | 11:56 WIB)