Separuh Lebih Terumbu Karang Sulsel Rusak
MAKASSAR, KOMPAS.com - Hingga saat ini, sekitar 55 persen ekosistem terumbu karang di wilayah perairan laut Sulawesi Selatan rusak akibat ulah oknum nelayan yang melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan alat peledak berupa bom.
Cara penangkapan ikan seperti ini telah merusak ekosistem yang ada di bawah permukaan laut, termasuk terumbu karang taman nasional Takabonerate, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulsel, kata Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Sulsel Iskandar di Makassar, Rabu (20/5).
Padahal, lanjutnya, saat memaparkan program kerja tahun 2009, terumbu karang yang ada di pulau-pulau dalam wilayah perairan laut Sulsel kondisinya cukup memprihatinkan karena sisa 45 persen yang masih baik untuk dilindungi dan dijaga kelestariannya.
Sedangkan taman laut Takabonerate yang merupakan taman laut ketiga terindah di dunia, tidak hanya terumbu karangnya yang rusak, melainkan juga mengancam jutaan spesies biota laut yang unik, termasuk lingkungan panorama sekitarnya yang cukup indah bisa tercemar akibat pemboman ikan ilegal itu.
"Sudah ada pencari ikan dengan cara itu yang ditindak aparat TNI-AL setelah tertangkap basah menangkap ikan dengan alat peledak tersebut," ungkapnya seraya menambahkan, terumbu karang juga merupakan salah satu komoditi yang harus dilindungi dari kepunahan.
Ada tiga hal yang perlu dilakukan dalam merehabilitasi terumbu karang yakni fisiknya, ekologis (lingkungan) dan sosial (masyarakat) sekitar pulau-pulau yang ada di wilayah perairan Sulsel agar ke depan wilayah perairan laut Sulsel aman dari ancaman kepunahan ekosistem tersebut.
Pemerintah provinsi Sulsel, ujarnya, memberi kewenangan kepada Pusat Penelitian Terumbu Karang Universitas Hasanuddin, Makassar untuk melakukan upaya pelestarian dan perlindungan terhadap terumbu karang yang ada di wilayah ini.
Kerja sama dengan institusi pendidikan tersebut dilakukan melalui suatu kesepahaman (Mou) bagi perlindungan dan pelestarian terumbu karang dan biota laut lainnya di daerah ini, katanya dan menambahkan, anggaran pengembangan sistem pengawasan dan pengendalian sumberdaya kelautan dan perikanan tahun 2009 ini mencapai ratusan juta rupiah.
Menurut Iskandar, Sulsel salah satu dari delapan provinsi di Indonesia yang memiliki potensi kelautan. Taman laut nasional Takabonerate terindah ketiga di dunia, memperoleh piagam penghargaan dunia pada pertemuan Internasional Kelautan (World Ocean Conference) di Manado, Sulut, 11 - 15 Mei 2009.
Cara penangkapan ikan seperti ini telah merusak ekosistem yang ada di bawah permukaan laut, termasuk terumbu karang taman nasional Takabonerate, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulsel, kata Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Sulsel Iskandar di Makassar, Rabu (20/5).
Padahal, lanjutnya, saat memaparkan program kerja tahun 2009, terumbu karang yang ada di pulau-pulau dalam wilayah perairan laut Sulsel kondisinya cukup memprihatinkan karena sisa 45 persen yang masih baik untuk dilindungi dan dijaga kelestariannya.
Sedangkan taman laut Takabonerate yang merupakan taman laut ketiga terindah di dunia, tidak hanya terumbu karangnya yang rusak, melainkan juga mengancam jutaan spesies biota laut yang unik, termasuk lingkungan panorama sekitarnya yang cukup indah bisa tercemar akibat pemboman ikan ilegal itu.
"Sudah ada pencari ikan dengan cara itu yang ditindak aparat TNI-AL setelah tertangkap basah menangkap ikan dengan alat peledak tersebut," ungkapnya seraya menambahkan, terumbu karang juga merupakan salah satu komoditi yang harus dilindungi dari kepunahan.
Ada tiga hal yang perlu dilakukan dalam merehabilitasi terumbu karang yakni fisiknya, ekologis (lingkungan) dan sosial (masyarakat) sekitar pulau-pulau yang ada di wilayah perairan Sulsel agar ke depan wilayah perairan laut Sulsel aman dari ancaman kepunahan ekosistem tersebut.
Pemerintah provinsi Sulsel, ujarnya, memberi kewenangan kepada Pusat Penelitian Terumbu Karang Universitas Hasanuddin, Makassar untuk melakukan upaya pelestarian dan perlindungan terhadap terumbu karang yang ada di wilayah ini.
Kerja sama dengan institusi pendidikan tersebut dilakukan melalui suatu kesepahaman (Mou) bagi perlindungan dan pelestarian terumbu karang dan biota laut lainnya di daerah ini, katanya dan menambahkan, anggaran pengembangan sistem pengawasan dan pengendalian sumberdaya kelautan dan perikanan tahun 2009 ini mencapai ratusan juta rupiah.
Menurut Iskandar, Sulsel salah satu dari delapan provinsi di Indonesia yang memiliki potensi kelautan. Taman laut nasional Takabonerate terindah ketiga di dunia, memperoleh piagam penghargaan dunia pada pertemuan Internasional Kelautan (World Ocean Conference) di Manado, Sulut, 11 - 15 Mei 2009.
Sumber: Kompas (Kamis, 21 Mei 2009 | 00:57 WIB)