2009-05-18

World Ocean Conference (WOC)

Tengku Dahril
World Ocean Conference (WOC)

Bumi ini sebagian terbesar permukaannya adalah laut (ocean). Karena itu wajar kalau penduduk dunia harus memperhatikan laut sebagai penyanggah kehidupan. Andaikan tidak ada laut, maka tidak akan ada kehidupan di permukaan bumi ini. Benarlah firman Allah dalam surat Al Anbiyaa ayat 30 yang artinya “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan daripada air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapa mereka tidak juga beriman? (Al Anbiyaa, 30). Maha benar Allah dengan segala firman-Nya.

Peranan laut sangatlah penting dalam kehidupan umat manusia. Setiap hari air laut menguap. Kemudian berubah menjadi awan. Awan yang berarak di langit ini kemudian berubah menjadi butiran-butiran hujan yang membasahi bumi. Hujan inilah yang menyirami bumi sehingga beraneka ragam jenis tanaman bisa hidup, tumbuh dan berkembang di permukaan bumi ini. Tumbuh-tumbuhan menjadi makanan primer bagi hewan-hewan dan juga manusia. Sungguh benarlah firman Allah dalam surat An Nahl ayat 10 dan 11 yang artinya ”Dialah yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebahagian menjadi minuman dan sebahagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan yang pada (tempat tumbuhnya) kamu mengembala ternakmu. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan. (An Nahl, ayat 10 s/d 11). Maha benar Allah dengan segala firman-Nya.
Pada hari ini bumi mengalami perubahan besar dan mendasar. Suhu bumi semakin memanas (global warming). Suhu permukaan air laut dan suhu udara juga terus meningkat yang menyebabkan terjadinya perubahan iklim dan musim. Curah hujan tak menentu menyulitkan kaum petani untuk menentukan masa tanam. Pada waktu musim panas ternyata hari hujan dan pada waktu musim penghujan ternyata hari panas. Kisaran angin juga berubah-ubah, baik arah maupun kecepatan sehingga tidak jarang terjadi angin puting beliung yang merubuh rumah dan merusak tanaman. Hama penyakit pun semakin meningkat, baik jumlah maupun kapasitasnya. Benarlah firman Allah daam surat Ar Ruum ayat 41 yang artinya ”Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (Ar Ruum, 41). Maha benar Allah dengan segala firman-Nya.
Sungguh Maha benar Allah yang telah memperingatkan manusia dengan berbagai kerusakan dan musibah itu. Lebih dari 14 abad yang silam Dia telah memperingatkan manusia bahwa mereka suatu saat pasti akan berbuat kerusakan di permukaan bumi ini sehingga berpengaruh bagi kehidupan mereka itu sendiri. Sekarang, bukti nyata itu sudah terjadi. Benarlah Alquran, dan manusia yang berfikir rasional pasti tidak akan dapat menafikannya.
Kalau pada zaman Rasulullah, jumlah manusia yang hidup di permukaan bumi ini belum sebanyak sekarang dan kemampuan manusia dalam merusak alam masih amat terbatas karena mereka belum menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi modern, maka kerusakan itu belumlah seberapa besar terjadi. Namun sekarang kita benar-benar sudah merasakan betapa benarnya peringatan Allah lebih dari 14 abad yang silam. Ayat-ayat Allah dalam Alquran ini benar-benar ditujukan kepada kita yang hidup di akhir zaman ini, agar kita mampu merubah pola hidup, pola fikir dan tingkah laku kita sesuai menurut petunjuk dan kehendak Allah SWT.
Indonesia sebagai sebuah negara maritim terbesar dunia sangat memahami betapa laut memegang peranan yang teramat strategis dalam kehidupan umat manusia. Kita sangat yakin, andaikan darat tidak lagi mampu memenuhi keperluan hidup manusia dalam bentuk makanan dan oksigen, maka laut masih menjanjikan harapan. Laut Indonesia diperkirakan akan mampu menghasilkan ikan dan hasil lautnya sebesar 60 juta ton per tahun dari hasil budidaya. Demikian pula oksigen bebas dapat dihasilkan oleh aneka tanaman laut berupa ganggang, asalkan laut benar-benar dapat dijaga kelestariannya.
Karena besarnya peranan laut dalam kehidupan umat manusia, maka Indonesia menggagas sebuah konferensi tingkat dunia yang disebut dengan World Ocean Conference (WOC) dan sebuah pertemuan tingkat regional yang disebut Coral Triangle Inisiative summit (CTI) dari tanggal 11 sampai dengan 15 Mei yang baru lalu di Manado. Dalam konferensi laut dunia yang dihadiri tidak kurang dari 2,000 utusan dari 76 negara dunia yang memiliki laut, telah diambil beberapa kesepakatan yang disebut dengan Deklarasi Kelautan Manado (Manado Ocean Declaration). Inti dari kesepakatan ini adalah kehendak bersama secara politis dari masing-masing negara-negara untuk menjadikan laut sebagai penyelamat kehidupan umat manusia sejagad. Laut haruslah benar-benar dapat dipandang sebagai sebuah ekosistem penting yang bisa dimanfaatkan sekaligus diselamatkan secara arif dan bijaksana agar kehidupan manusia dapat terus berlanjut di seluruh permukaan bumi ini. Dalam konferensi itu juga telah disepakati 5 negara yang berbatasan dengan Indonesia yaitu Malaysia, Philipina, Papua New Guenia, Timor Leste dan Kepulauan Solomon untuk menjaga kelestarian terumbu karang (coral reef) di kawasan segitiga karang dunia yang berada di 6 negara tersebut. Kesepakatan ini mendapat dukungan kuat dari banyak negara dunia termasuk Australia dan Amerika yang langsung memberi dukungan dana dalam bentuk hibah (grant).
Bagaimanakah cara kita memanfaatkan sekaligus menyelamatkan laut sebagai sumber kehidupan umat manusia sejagat? Jawabnya tentulah tidak lain dari upaya kita untuk menjaga keseimbangan alam sesuai menurut kaidah-kaidah keimanan dan keilmuan. Kita harus belajar dari Allah sebagai pencipta alam dengan memikirkan ayat-ayat Allah yang tertulis (Alquran) dan yang tidak tertulis (alam semesta). Semua kejadian di alam ini adalah ayat-ayat Allah yang semestinya direnungi dan dijadikan sebagai iktibar atau pelajaran. Dia sekaligus menunjukkan tanda-tanda Kemaha-besaran dan Kemaha-agungan Allah. Allah telah memberi isyarat dengan sangat jelas betapa kita harus menjaga keseimbangan alam. Kita harus menjaganya dengan mengelola secara arif dan bijaksana.
Untuk menyelamatkan laut misalnya, kita tidak saja perlu menjaga kelestarian sumberdaya alam di laut tersebut melainkan harus juga menjaga segala aktifitas kita di darat. Andaikan kita menebang hutan secara besar-besaran misalnya atau membuang limbah dengan semena-mena ke laut tanpa melakukan proses pemurnian kembali, maka tentu saja laut akan rusak dan kekayaan alam di laut akan menjadi tidak berkelanjutan. Demikian juga kalau kita mengeksploitasi sumberdaya laut secara berlebih-lebihan seperti ikan, udang dan hasil laut lainnya ditangkap secara besar-besaran tanpa memperhatikan kelestariannya, maka tentu saja sumberdaya laut itu akan menjadi berkurang.
Andaikan kita mampu menjaga kelestarian lingkungan alam di darat, Insya Allah lingkungan hidup di laut juga akan dapat kita jaga dan selamatkan. Salah satu cara penting yang perlu kita perlu lakukan adalah dengan menjaga keseimbangannya. Kaedah-kaedah keimanan dan keilmuan menjadi sangat penting. Hanya dengan iman dan ilmu pengetahuanlah manusia akan mampu menyelamatkan alam sekitarnya, Insya Allah Rahmat Allah akan tercurah kepada kita semua selaku para hamba-Nya yang senantiasa tunduk, patuh dan taat kepada-Nya dan senantiasa memperhatikan hal-hal yang menjadi tugas dan tanggung jawab kita selaku kalifah Allah di bumi demi memakmurkan sekaligus menyelamatkan bumi. Insya Allah, Amin.***

Sumber: Hari Pagi Riau Pos (Minggu, 17 Mei 2009 , 09:05:00)
Privacy Policy - KELOMPOK PEDULI ALAM DJEMARI PEKANBARU (Riau) Copyright @ 2011 - Theme by djemari.org