DURI, TRIBUN - Kawanan gajah yang berjumlah sekitar 35 ekor kembali menebar teror di kawasan perumahan Melati Indah, Kilometer 4, Desa Balai Makam, Mandau, sejak Minggu (24/50 malam hingga Senin (25/5) pagi.
Akibatnya, warga yang tinggal di sekitar 500 meter dari pinggiran jalan lintas tersebut dilanda ketakutan. Kecemasan menyebabkan mereka tidak bisa menikmati istirahat malam. Soalnya, gajah tersebut mulai memasuki kawasan perumahan, bahkan melintas di jalan gang perumahan tersebut. Warga pun tidak bisa berbuat banyak selain pasrah dan berharap gajah-gajah tidak merubuhkan rumah mereka.
"Kami tidak bisa tidur tadi malam. Dari rumah hanya mengintip gajah-gajah tersebut lewat. Kami sangat cemas dan takut sekali," tutur Arni, ibu rumah tangga yang sudah tiga tahun bermukim di kawasan tersebut.
Kecemasan warga menjadi korban amukan mamalia raksasa tersebut pun memicu trauma. Akibatnya, sebagian warga memilih meninggalkan rumah mereka. Untuk sementara mereka mengungsi di rumah kerabat. Siang hari, mereka pulang hanya untuk memantau keadaan rumah masing-masing.
Rukiyati (50) misalnya, terpaksa mengungsi ke rumah menantunya. Soalnya, ia hanya tinggal berdua di rumah permanen yang sudah ditinggali sejak lima tahun lalu. Rumahnya yang terletak di bagian tepi pemukiman tersebut nyaris dirobohkan gajah. Tanaman di samping rumahnya diinjak-injak hingga rata dengan tanah.
"Lebih baik saya tetap mengungsi saja. Sebelum gajah-gajah itu pergi, kami tak bisa tenang. Tadi malam saja, gajah-gajah itu tepat di samping rumah saya. Kami takut sekali," kata Rukiyati dengan wajah pucat.
Jejak kunjungan gajah ke pemukiman tersebut, Senin siang masih terlihat jelas. Gajah tidak saja datang menebar ketakutan. Namun, tanaman palawija milik masyarakat juga disantap. Termasuk bibit kelapa sawit warga luluk lantak. Sisa kotoran gajah terlihat di tepian jalan.
Ketua RT 12 RW 9 Desa Balaimakam, Ahmad Fahri ditemui Tribun menerangkan, kawasan perumahan tersebut memang sering menjadi lintasan gajah-gajah liar. Namun, sejak dua bulan lalu memang gajah tak pernah datang lagi.
Menurutnya, setiap gerombolan gajah datang, tanaman masyarakat selalu saja dirusak. Untuk mencegah gajah masuk ke pemukiman, Ahmad akan mengajak warga perumahan untuk berjaga malam.
Kepala Seksi Wilayah III Balai Konservasi Sumber Daya Alam, Hutomo menerangkan, pihaknya sudah menurunkan tim ke lokasi kedatangan gerombolan gajah. Tujuannya untuk memantau titik-titik pergerakan dan keberadaan gajah agar tidak semakin mendekat ke kawasan penduduk.
"Kita sudah meluncur ke lokasi. Sementara ini masih ingin menentukan titik-titk kedatangan gajah. Akan kita kembangkan untuk menentukan langkah lanjutan," terang Hutomo.
Hutomo menjelaskan, semakin hilangnya habitat asli gajah yang sudah beralih fungsi menjadi perkebunan dan perumahan, membuat ruang geraknya semakin terdesak.
"Hampir rata-rata daerah yang dikunjungi gajah merupakan jalur perlintasan. Habitar gajah semakin hilang dan ruang geraknya semakin terdesak," kata Hutomo. (ran)
Akibatnya, warga yang tinggal di sekitar 500 meter dari pinggiran jalan lintas tersebut dilanda ketakutan. Kecemasan menyebabkan mereka tidak bisa menikmati istirahat malam. Soalnya, gajah tersebut mulai memasuki kawasan perumahan, bahkan melintas di jalan gang perumahan tersebut. Warga pun tidak bisa berbuat banyak selain pasrah dan berharap gajah-gajah tidak merubuhkan rumah mereka.
"Kami tidak bisa tidur tadi malam. Dari rumah hanya mengintip gajah-gajah tersebut lewat. Kami sangat cemas dan takut sekali," tutur Arni, ibu rumah tangga yang sudah tiga tahun bermukim di kawasan tersebut.
Kecemasan warga menjadi korban amukan mamalia raksasa tersebut pun memicu trauma. Akibatnya, sebagian warga memilih meninggalkan rumah mereka. Untuk sementara mereka mengungsi di rumah kerabat. Siang hari, mereka pulang hanya untuk memantau keadaan rumah masing-masing.
Rukiyati (50) misalnya, terpaksa mengungsi ke rumah menantunya. Soalnya, ia hanya tinggal berdua di rumah permanen yang sudah ditinggali sejak lima tahun lalu. Rumahnya yang terletak di bagian tepi pemukiman tersebut nyaris dirobohkan gajah. Tanaman di samping rumahnya diinjak-injak hingga rata dengan tanah.
"Lebih baik saya tetap mengungsi saja. Sebelum gajah-gajah itu pergi, kami tak bisa tenang. Tadi malam saja, gajah-gajah itu tepat di samping rumah saya. Kami takut sekali," kata Rukiyati dengan wajah pucat.
Jejak kunjungan gajah ke pemukiman tersebut, Senin siang masih terlihat jelas. Gajah tidak saja datang menebar ketakutan. Namun, tanaman palawija milik masyarakat juga disantap. Termasuk bibit kelapa sawit warga luluk lantak. Sisa kotoran gajah terlihat di tepian jalan.
Ketua RT 12 RW 9 Desa Balaimakam, Ahmad Fahri ditemui Tribun menerangkan, kawasan perumahan tersebut memang sering menjadi lintasan gajah-gajah liar. Namun, sejak dua bulan lalu memang gajah tak pernah datang lagi.
Menurutnya, setiap gerombolan gajah datang, tanaman masyarakat selalu saja dirusak. Untuk mencegah gajah masuk ke pemukiman, Ahmad akan mengajak warga perumahan untuk berjaga malam.
Kepala Seksi Wilayah III Balai Konservasi Sumber Daya Alam, Hutomo menerangkan, pihaknya sudah menurunkan tim ke lokasi kedatangan gerombolan gajah. Tujuannya untuk memantau titik-titik pergerakan dan keberadaan gajah agar tidak semakin mendekat ke kawasan penduduk.
"Kita sudah meluncur ke lokasi. Sementara ini masih ingin menentukan titik-titk kedatangan gajah. Akan kita kembangkan untuk menentukan langkah lanjutan," terang Hutomo.
Hutomo menjelaskan, semakin hilangnya habitat asli gajah yang sudah beralih fungsi menjadi perkebunan dan perumahan, membuat ruang geraknya semakin terdesak.
"Hampir rata-rata daerah yang dikunjungi gajah merupakan jalur perlintasan. Habitar gajah semakin hilang dan ruang geraknya semakin terdesak," kata Hutomo. (ran)
Sumber: Tribun Pekanbaru (Senin, 25 Mei 2009 | 22:58 WIB)